Berdoa kepada ‘manusia’ Maria?

Pertanyaan teman Saudari mengajak kita untuk memahami lagi peranan Maria. Pertanyaan itu muncul dari filosofi tertentu, antara lain pandangan tentang Solus Deus, iaitu hanya Tuhan si Pemberi kita keselamatan.

Jan 18, 2020

Soalan: Beberapa minggu lalu, saya ditemani seorang teman saya berdoa di hadapan patung Bonda Maria di salah sebuah pusat ziarah. Rakan saya, bukan Katolik, bertanya kenapa saya  berdoa kepada Maria. Menurutnya, Maria juga seorang manusia, apakah wajar saya berdoa kepada “manusia”. Bagaimana cara menjelaskan secara singkat kepada saudara kita yang bukan Katolik tentang hal ini? — Celine

Jawaban: Pertanyaan teman Saudari mengajak kita untuk memahami lagi peranan Maria. Pertanyaan itu muncul dari filosofi tertentu, antara lain pandangan tentang Solus Deus, iaitu hanya Tuhan si Pemberi kita keselamatan.

Kerana itu hanya Dia boleh disembah, dan kepada Dia sahaja doa-doa kita boleh dipanjatkan. Pandangan ini tentu sahaja benar, begitu juga iman Katolik, tetapi dalam tradisi Katolik, ada penekanan tertentu yang berbeza. Untuk sebahagian orang, Solus Deus sering dimengerti sangat sempit, sehingga melupakan cara Tuhan melaksanakan karya keselamatan-Nya yang  sebenarnya.

Dalam sejarah keselamatan, Tuhan sering meminta kerjasama manusia. Tuhan gembira memilih manusia untuk menjadi “perantara”-Nya, untuk menyampaikan sabda atau kehendakNya. Kita kenal para nabi dan tokoh lainnya dalam Kitab Suci yang menjadi pengantara Tuhan. Itu semua sama sekali tidak mengurangi keagungan Tuha, melainkan menunjukkan kemahabijaksanaan-Nya. Dengannya martabat manusia diangkat, citra Tuhan ditegakkan, bahkan dirangkul untuk penyelamatan, meskipun tentu saja semuanya adalah inisiatif dan karya Tuhan. Begitulah juga Maria. Gereja menyebutnya dengan pelbagai gelaran misalnya  pembela, pembantu, penolong, dan perantara (LG 62).

Memang kadang-kadang frasa “berdoa kepada Maria” disalah ertikan. Memang salah jika kita menyamakan Maria dengan Tuhan, atau menggantikan-Nya. Tetapi kata “berdoa” juga dimengerti sebagai “bercakap-cakap” sebagaimana anak-anak berbicara dengan ibunya.

Itulah yang sebenarnya terjadi, ketika orang Katolik datang kepada Ma ria, seperti saat baptis, perkahwinan, semasa sakit, dan saat-saat lainnya. Kita berwawan hati dengan ibu rohani kita tentang hidup, atau apapun, dan mohon bantuannya untuk mendoakan kita pada Yesus, agar menganugerahkan rahmat yang kita perlukan.

Jadi bukan Bonda Maria, tetapi tetaplah Tuhan yang memberikan rahmat-rahmat itu. Lain kali kita tidak mohon, tetapi duduk bersama ibu kita untuk mengkontemplasikan Puteranya dan belajar kualiti keibuannya yang agung. Tentu saja, Maria senang mendengarkan doa anak-anaknya, dan memperkuatnya dengan doanya sendiri.

Keibuan Marialah yang membuat kita datang kepadanya. Rahmat Tuhan yang besar telah memberinya martabat khusus (bdk. Luk 2) yang memungkinkan kita bertemu sang penyelamat yang dikandungnya. Tidak hairan, Yesus memberikan Maria kepada murid-Nya (Yoh. 19), bukan agar Maria tidak sendirian sepeninggalan Yesus, melainkan agar Maria menjadi ibu kita. Dengan demikian, keibuan Maria yang dialami Tuhan kita, dianugerahkan-Nya kepada Ger eja-Nya.

Petikan dari Veritatis Splendor ini sangat menarik: “… Dalam kepatuhan total terhadap Roh, Maria mengalami kepenuhan dan universalitas kasih Tuhan, yang membuka hatinya, dan memungkinkannya merangkul seluruh umat manusia. Dengan cara ini, Maria menjadi ibu dari kita masing-masing, Ibu, yang mendapatkan rahmat ilahi bagi kita” (VS 120).

Maria ambil bahagian dalam kondisi kemanusiaan kita dengan keterbukaannya pada rahmat Tuhan. Dengan cinta keibuannya, dia memahami perjuangan Puteranya yang sedang berziarah. Ibu yang berdiri di kaki salib Yesus, tidak ingin anak-anaknya ditawan tipu daya dosa. Demikian pula setelah memperoleh kemuliaan syurgawi, ibu kita terus-menerus memperolehkan, bagi kita, karuniakarunia yang menghantar kita kepada keselamatan kekal” (Lumen Gentium 62). -- Gregorius Hertanto MSC, hidupkatolik

HIDUP NO.44 2019, 3 November 2019

Total Comments:0

Name
Email
Comments