Imam OMI di Filipina menghidupkan Laudato si di kebun paroki

Menuai hasil jerih payah bukanlah kata-kata kosong di sebuah paroki di pinggiran ibu kota Filipina -Manila- di mana orang-orang memetik hasil buah dan sayuran yang tumbuh dalam bekas plastik yang digantung.

Aug 14, 2020

MANILA: Menuai hasil jerih payah bukanlah kata-kata kosong di sebuah paroki di pinggiran ibu kota Filipina -Manila- di mana orang-orang memetik hasil buah dan sayuran yang tumbuh dalam bekas plastik yang digantung.

Setelah Misa hari Minggu pagi, umat paroki akan memetik sayur selada segar yang ditanam pada batu apung – batuan vulkanik yang sangat ringan dan berpori – yang direndam dalam larutan air.

Beberapa orang mungkin bertanya-tanya bagaimana lada dapat tumbuh di dalam bekas yang tidak bertanah, di tengah-tengah halaman tempat letak kereta paroki?

“Ini bukan sihir dan bukan rahsia,” kata Pastor Eduardo Vasquez, pastor paroki Bonda Maria Rahmat Suci di Keuskupan Kalookan.

Imam dari tarekat Oblat Maria Imakulata (OMI) itu menggunakan hidroponik, suatu kaedah menanam tanaman tanpa tanah dengan menggunakan larutan nutrisi mineral, di kebunnya.

Dia telah melakukan eksperimen dengan pelbagai metode menanam sayuran dan buah-buahan di kompleks paroki selama beberapa bulan.

“Saya ingin membuktikan bahawa menanam sayuran di perkotaan atau di rumah anda sendiri sangat mungkin dilakukan, meskipun tidak ada halaman belakang atau sebidang tanah,” katanya. Projek perkebunan kota, yang disebutnya

“Projek  Berkat,” dimulai setelah pemerintah Filipina menguatkuasa lockdown di ibu kota negara itu untuk menghentikan penyebaran virus corona pada bulan Mac.

“Semasa lockdown, banyak keluarga miskin yang saya kunjungi mengeluh bahawa mereka tidak memiliki cukup makanan untuk dimakan atau tidak ada wang kerana kehilangan mata pencarian,” kata Pastor Vasquez.

Imam itu mengatakan dia menyedari bahawa dengan krisis ekonomi tersebut, “orang perlu kembali ke dasar dan berandal dengan apa yang diberikan oleh alam untuk bertahan hidup.”

Dibantu oleh sesama paderi Oblat, Pastor Vasquez mengembangkan program yang bertujuan membantu keluarga miskin mendapatkan makanan mereka sendiri.

“Saya memerlukan sebuah prototaip dan tempat di mana saya dapat menunjukkan kepada umat bahawa bercucuk tanam dapat dilakukan di kawasan bandar, maka saya memulakannya di kawasan paroki,” katanya kepada LiCAS.news.

Pastor Vasquez mencabut semua tanaman hias di sekitar halaman paroki dan menggantinya dengan tanaman yang dapat dituai dan dimakan.

“Saya menyedari bahawa kami harus kreatif kerana kami tidak memiliki cukup tanah di sini,” katanya. “Kami memiliki kompleks gereja yang besar, tetapi tanahnya semuanya berbatu,”katanya.

Imam itu mendesak staf dan sukarelawan gereja untuk mengumpulkan bekasbekas plastik dan tin kosong untuk digunakan sebagai tempat menanam. Keemudian mereka mulai mempersiapkan “tanah yang baik”.

“Mempersiapkan tanah yang baik mencerminkan kehidupan kita sendiri,” kata imam itu. “Tanah yang baik adalah campuran unsur organik dari kompos sekam padi berkarbonat dan lapisan tanah bahagian atas.”

“Dalam hidup kita, kita memiliki pengalaman dan penderitaan yang kelam. Ada saat-saat kita kelelahan, kita berdarah, dan kita mengalami kesakitan. Tetapi itu yang menjadikan kita orang yang baik,” katanya.

Dalam waktu beberapa bulan, imam itu berhasil mengubah parokinya menjadi pusat perkebunan perkotaan yang dikunjungi orang untuk belajar bagaimana menanam makanan mereka sendiri di rumah mereka.

Imam itu mampu menanam pelbagai buah dan sayuran antara lain pisang, selada, tomato, bayam, okra, anggur, dan pelbagai tanaman herba.

Sayuran yang memanjat dan merambat, seperti bayam malabar, pare, kacang asparagus, labu, ditanam di dinding gereja dan bangunan lainnya.

“Sayuran ini juga dapat dijadikan dekorasi. Jadi, daripada menggunakan tanaman rambat hias lain, kami menanam tanaman yang dapat kami makan, ”kata Pastor Vasquez.

Dia membangun rumah kaca kecil tempat menyemai bibit sebelum ditanam di pasu gantung dan tanah.

Sebuah rumah kaca kecil didirikan di samping biara tempat benih ditanam sebelum dipindahkan ke dalam pasu gantung dan tanah. Imam itu juga memperkenalkan prosedur ‘vermikomposting’ sederhana, yang dapat dilakukan setiap rumah dengan sampah organik di rumah.

Di paroki juga ada beberapa ekor ayam, seperti ayam kampung dan Silkie, atau ayam Tionghoa, yang kotorannya digunakan sebagai baja.

Pada 26 April, paroki telah membahagikan pasu sayur gantung kepada keluargakeluarga miskin di komuniti perkotaan.

Pastor Vasquez secara teratur mengunjungi mereka tidak hanya untuk bersilatuhrami dengan umat, tetapi juga dengan tanaman mereka.

“Ramai umat paroki dan pengunjung ingin membeli pasu plastik buatan ” kata imam itu. “Kami tidak menjual, sebaliknya mengajar mereka cara menanam sayuran di dalam pasu ini.” –– LiCAS.news.

Total Comments:0

Name
Email
Comments