Menampakkan wajah belas kasih Tuhan

Dalam perumpamaan Injil Lukas hari ini disebut tiga peribadi: seorang pengemis, iaitu Lazarus; seorang yang kaya (tidak disebut namanya); dan Bapa Abraham. Abraham ini menyampaikan kebijaksanaan Tuhan.

Sep 27, 2019

HARI MINGGU BIASA
KE-26 TAHUN C
AMSAL 6:1A.4-7
1 TIMOTIUS 6:11-16
INJIL LUKAS 16:19-31

Bagi kita yang sungguh sedar sebagai orang yang beriman, Yesus selalu ingin mengatakan sesuatu kepada kita, sama ada melalui ceritera atau suatu perumpamaan. Hari ini Dia berbicara tentang orang yang bergembira dan tentang orang yang sedih, yang hanya ada seketika di dunia, dan hidup dalam dunia abadi. Di tengah-tengah keramaian dunia kita sekarang ini, sambil melihat dan mengalami hal-hal atau keadaan sehati-hari yang kelihatan dan nyata, kita selalu diajak untuk mengadakan refleksi atas fakta-fakta, baik yang positif mahupun negatif dalam hidup kita, untuk menemukan kehendak Tuhan di dalamnya.

Dalam perumpamaan Injil Lukas hari ini disebut tiga peribadi: seorang pengemis, iaitu Lazarus; seorang yang kaya (tidak disebut namanya); dan Bapa Abraham. Abraham ini menyampaikan kebijaksanaan Tuhan.

Orang tanpa nama itu menggambarkan pandangan, pemikiran, ideologi yang dominan pada zaman itu. Sedangkan Lazarus menggambarkan pengalaman dan ungkapan kaum miskin, yang kuat atau tidak diperhatikan dalam masyarakat pada zaman Yesus dan juga di segala zaman sampai sekarang ini juga.

Situasi si orang kaya dan si orang miskin merupakan suatu situasi ekstrem nyata dalam masyarakat: kekayaan serba ada luar biasa, tetapi juga kemiskinan yang luar biasa: tidak mempunyai hak apa pun, tidak ada yang memperhatikan, kecuali anjing-anjing yang menjilati kudiskudisnya. Yang memisahkan kedua orang itu ialah pintu rumah yang tertutup rapat. Si kaya tidak berbelas kasih dan tidak menghubungi apalagi menerima si miskin itu. Si miskin itu mempunyai nama, sedangkan di kaya tidak ada namanya. Itu bererti secara alkitabiah, bahawa nama si miskin tertulis dalam “Kitab Kehidupan”, dan Lazarus ertinya “Tuhan menolong”. Nama si kaya tidak tertulis dalam Kitab Kehidupan tersebut.

Ternyata Tuhan menolong si miskin sampai kekal. Tetapi Tuhan mahu menolong semua orang, juga orang-orang kaya. Kalau si kaya mahu menolong si miskin, Tuhan akan menulis juga nama si kaya dalam Kitab Kehidupan. Tetapi sayang si kaya tidak mahu namanya juga tertulis di buku hidup itu, sebab ia malahan menutup pintu rumahnya! Perumpamaan Yesus itu menggambarkan situasi dan keadaan pada zaman Yesus, tetapi juga dalam masyarakat kehidupan Lukas, bahkan mencerminkan keadaan dan situasi dalam masyarakat dunia kita sekarang ini juga!

Si miskin mati lebih dahulu kerana keadaan hidup tidak mampu memperpanjangkan hidupnya. Tetapi dia terus dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Si kaya juga mati lalu dikubur. Si miskin mati lebih dahulu.

Nah, inilah suatu peringatan bagi si kaya. Ketika si miskin masih hidup dan berada di hadapan rumahnya, memang tersedia peluang bagi si kaya agar dapat diselamatkan! Sesudah si miskin mati, hilanglah kesempatan yang diberikan Tuhan untuk diselamatkan. Si miskin adalah anak Abraham, yang langsung diterima dalam pangkuan-Nya. Si kaya pun yang juga mengakui dirinya sebagai anak Abraham ternyata tidak disambut dan dibawa ke pangkuan Abraham!

Setiap agama yang benar dan baik pasti mengajak segenap pemeluknya untuk dalam hidupnya bersikap dan berbuat baik terhadap sesama. Untuk saling menolong, saling berbahagi, saling bertanggungjawab. Sebab Tuhan menciptakan manusia untuk dibawa-Nya kepada kebahagiaan segenap umat manusia, bukan hanya kebahagiaan peribadi melainkan seluruhnya.

Dalam ajaran Yesus dalam perumpamaan tentang sikap dasar si miskin dan si kaya menurut Lukas pada hari ini, kita diingatkan untuk makin memahami dan menyedari ajaran Injil untuk menentukan dan melaksanakan sikap dasar kita sebagai orang Kristian sejati. Kebahagiaan Kristiani sejati bukan individualistik sebaliknya selalu disertai keinginan agar sesama kita, atau sesiapa pun juga berbahagia. Individualisme, atau lebih secara lebih mendasar egoisme, itulah latar belakang sikap dasar orang si kaya dalam perumpamaan Injil Lukas. Meskipun ada kesaksian para nabi seperti Musa, orang-orang Yahudi tidak selalu bersedia mendengarkan mereka. Kita semua, sebagai orang Kristian dewasa sejati, harus sungguh menggunakan kehendak bebas kita untuk menentukan sikap dasar autentik Kristiani.

Dalam perumpamaan hari ini Tuhan memperkenalkan diri sebagai Lazarus, yang duduk di muka pintu, untuk menolong kita melihat dan memahami jurang sangat dalam yang diciptakan oleh orang-orang kaya. Yesus adalah juga Lazarus, Mesias yang miskin dan sebagai hamba, yang ditolak dan dihukum mati, namun pada dasarnya dengan kematian-Nya Dia telah mampu mengubah total segalanya. Kemiskinan dan kematian hina Kristus memperlihatkan perubahan total hakikat agama dan iman yang autentik! Si kaya yang dimaksudkan dalam perumpamaan itu, meskipun mengaku dirinya beragama dan beriman, namun dalam kenyataannya dia tidak mengakui Tuhan, sebab dia tidak membuka pintu untuk menerima si miskin.

Bertentangan dengan Zakheus, yang dianggap masyarakat sebagai orang berdosa, ternyata mahu menerima Yesus (lih. Luk 19:1-10). Bagaimanakah hidupku sebagai orang beriman Kristiani? Hidup sebagai si miskin Lazarus atau sebagai si kaya?

Marilah kita mengingati pesan Sri Paus Fransiskus, bahawa Yesus adalah wajah kerahiman Bapa-Nya. Maka Gereja-Nya iaitu kita semua harus berusaha menampakkan wajah belaskasih Tuhan Bapa seperti Yesus dalam sikap, kata dan perbuatan- Nya. — imankatolik.or.id

Total Comments:0

Name
Email
Comments