Mereka yang membuang orang adalah warga kelas dua

Paus Fransiskus pada Khamis, 9 Mei 2019 menyatakan kedekatannya dengan warga minoriti Roma dan Sinti dari Roma seraya mengatakan sangat sedih mendenga

May 18, 2019

VATIKAN: Paus Fransiskus pada Khamis, 9 Mei 2019 menyatakan kedekatannya dengan warga minoriti Roma dan Sinti dari Roma seraya mengatakan sangat sedih mendengar penghinaan, kebencian rasial dan kekerasan terhadap mereka. “Ini bukan peradaban … Cinta adalah peradaban,” kata Sri Paus kepada sekitar 500 warga itu dalam pertemuan doa di Vatikan.

Prakarsa yang dianjur oleh Yayasan Migran di bawah naungan Konferensi para Uskup Itali (CEI) itu dihadiri antara lain para pekerja pastoral dan Ketua CEI, Kardinal Gualtiero Bassetti.

Pertemuan doa itu dilakukan selepas bantahan ganas penduduk pinggiran Roma terhadap peruntukan apartmen di kompleks perumahan kerajaan bagi sebuah keluarga nomad (yang berpindah-pindah).

Setelah mendengar kesaksiankesaksian mengharukan daripada seorang imam warga Roma dan seorang ibu yang mempunyai empat orang anak, Sri Paus kesal dan “rasa sakit yang pahit disebabkan oleh “pemisahan” atau segregasi yang memisahmisahkan orang berdasarkan warna kulit (gelap) mereka, serta sikap orang yang meminggirkan mereka.

“Masyarakat hidup berdasarkan kisah dongeng, membuat tanggapan bahawa orang mikin sebagai pendosa, kata Sri Paus seraya bertanya, “Apakah kamu bukan orang berdosa?”

Fransiskus mengatakan, kita semua orang berdosa, kita semua membuat kesalahan dalam kehidupan tetapi kita tidak boleh mencuci tangan dari kesalahan-kesalahan itu, mencari dosa asli atau palsu orang lain.

Prelatus itu mengatakan orang harus terlebih dahulu melihat dosadosanya sendiri, dan jika seseorang sedang melakukan “belokan yang salah,” bantu orang itu keluar dari kesalahannya.

“Satu hal yang membuat saya marah,” ujar Sangti Papa, “kita terbiasa berbicara tentang orang-orang dengan memakai kata sifat.” Membuat stereotip orang dengan kata sifat seperti “jelik’, ‘jahat’ dan ‘jijik’, mencipta jurang antara fikiran dan hati.”

Ini, ujar Sri Paus, bukan masalah politik, sosial, budaya atau bahasa, tetapi masalah “jarak antara fikiran dan hati.”

Bapa Suci mengakui, “warga negara kelas dua” memang wujud, “tetapi warga negara kelas dua yang sebenarnya adalah mereka yang membuang orang … kerana mereka tidak dapat merangkul.”

Dengan kata sifat dan umpatan, kata Uskup Roma itu, orang-orang ini membuang dan mengesampingkan orang lain.

“Hakikatnya, jalan yang sebenarnya adalah persaudaraan.” Bapa Suci memperingatkan bahaya dan kelemahan kerana membiarkan kebencian atau dendam tumbuh mengakibatkan hati, kepala, dan segalagalanya sakit dan mendorong atau mengarah ke tindakan balas dendam.

Tanpa menyebut nama, Bapa Suci menyebut organisasi-organisasi kriminal di Itali yang katanya adalah “tukang balas dendam” – “sekumpulan orang yang mampu membalas dendam dan menjalani “omerta” [kod keheningan]. “Inilah sekumpulan orang jahat; bukan orang yang ingin bekerja.”

Sangti Papa Fransiskus mengakhiri pembicaraan dengan mendorong semua orang tidak membuat jarak dalam fikiran dan hati dengan katakata sifat. — media Vatikann

Total Comments:0

Name
Email
Comments