OMK Asia belajar kepelbagaian budaya hingga Laudato Si

Pada hari kedua Asian Youth Day ke-7, (AYD-7) ribuan peserta diajak merayakan kemajmukan masyarakat Asia.

Aug 11, 2017

YOGYAKARTA: Pada hari kedua Asian Youth Day ke-7, (AYD-7) ribuan peserta diajak merayakan kemajmukan masyarakat Asia. Beberapa agenda utama pada hari ini antara lain Plenary Session, Country Exhibit, Region Sharing dan Interreligious Hospitality.

Plenary session berbicara mengenai ketokohan Barnabas Sarikromo, tokoh katekis pertama di Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Barnabas Sarikromo dipilih kerana perjalanan hidupnya yang patut jadi rujukan kaum muda dalam menghidupi budaya dalam rangka menemui jawaban terhadap kegelisahan hidup, sekaligus untuk menemukan Kristus dalam kehidupan.

Sesi ini menjadi jambatan untuk mengenali sejarah misi Katolik di Pulau Jawa dan juga merenung nilai-nilai budaya warisan nenek moyang. Tidak hanya diajak menghargai jerih payah para tokoh/pelaku, tetapi juga untuk mendorong praktik keimanan agar selalu selaras dengan lingkungan manusia dan alam sekitar.

“Kaum muda akan menjadi jambatan budaya atas peristiwa- peristiwa yang telah dialami, mencari kebenaran sejati serta mencari kedamaian. Di tengah situasi budaya demikian, kaum muda diharapkan menemui jawaban atas kegelisahan batin dan berefleksi ketika terlibat dalam penyelesaian,” ujar Msgr. Pius Riana Prapdi, Ketua Komisi Kepemudaan, Konferensi Para Uskup Indonesia (KWI).

Tema plenary session hari kedua, “Appreciating and Celebrating Our Diversity” dibuka oleh Father Dominicus Bambang Sutrisno, yang dilanjutkan dengan Country Exhibit dan Region Sharing, iaitu sesi yang menjadi sarana utama bagi seluruh peserta untuk lebih mengenal satu sama lain melalui booth-booth yang menampilkan khazanah budaya masing-masing delegasi.

Lebih utama, mengenai keterlibatan kaum muda dalam merawat bumi, berpandu kepada dokumen Paus Fransiskus Laudato Si: For Our Common Home. Ajakan Sri Paus sejak tahun 2015 ini bertujuan untuk melihat bumi sebagai rumah bersama. Kegiatan ini digunakan untuk membangkitkan pengalaman Ensikilik Paus Franciskus tentang Laudato Si.

Father Yohanes Dwi Harsanto, selaku ketua Steering Committee Asian Youth Day mengungkapkan, melalui program ini, diharapkan orang muda dapat melakukan berbagai aktiviti terbaik bagi lingkungan hidup serta menyedari bahawa bumi adalah satu-satunya tempat tinggal yang harus terus dijaga kelestariannya.

Menghadirkan Laudato Si dalam rangkaian acara AYD-7 adalah sebuah usaha untuk mengangkat kepedulian terhadap lingkungan sebagai keutamaan di tengah-tengah cabaran bermasyarakat.

Jonathan Cho, peserta dari Keuskupan Hong Kong, menceritakan pengalaman di negaranya, di mana isu-isu lingkungan belum menjadi keutamaan.

Melalui perbincangan dalam Laudato Si di dalam rangkaian acara AYD-7 Cho memperoleh kesedaran baru dan mahu menjadi salah seorang pelaku menyedarkan masyarakat tempatan akan masalah-masalah alam serta membuat penyelesaian bersama.--ucanews.com

Total Comments:0

Name
Email
Comments