Roh Kudus pakar ubah kekacauan jadi komsos teratur

“Roh Kudus adalah spesialis dalam mengubah kekacauan menjadi kosmos (sistem alam semesta yang teratur atau harmoni), dalam menciptakan keharmonian.

Jun 21, 2019

VATIKAN: “Roh Kudus adalah spesialis dalam mengubah kekacauan menjadi kosmos (sistem alam semesta yang teratur atau harmoni), dalam menciptakan keharmonian. Dia adalah spesialis pencipta keragaman, kekayaan dan pencipta keanekaragaman dan, pada masa yang sama, Dialah yang membawa keharmonian dan memberikan persatuan pada keanekaragaman. Hanya Dia yang dapat melakukan dua hal ini.”

Sri Paus Fransiskus menyampaikan homili pada Misa Pentakosta di Dataran Santo Petrus, 9 Jun 2019 dengan merenungkan tentang Roh Kudus.

Menurut Bapa Suci, “Roh Kudus menjadikan Gereja kita dengan membangun pelbagai bahagian menjadi satu bangunan yang harmoni. Santo Paulus menjelaskannya dengan baik semasa berbicara tentang Gereja.

Dia sering mengulangi kata, “rupa-rupa,” karunia, ruparupa pelayanan, rupa-rupa perbuatan” (1 Kor 12: 4-6). Kita berbeza dalam rupa-rupa kualiti dan karunia. Roh Kudus membahagikannya secara kreatif, sehingga tidak semuanya serupa. Atas dasar keanekaragaman ini, ia membangun persatuan,” kata Sri Paus.

“Di dunia saat ini”, menurut Sri Paus, “kurangnya keharmonian telah menyebabkan perpecahan yang menjolok mata.”

“Ada yang memiliki terlalu banyak dan ada yang tidak memiliki apa-apa, ada yang ingin hidup sampai seratus tahun dan ada yang bahkan tidak dapat dilahirkan.”

Sri Paus juga mengamati selalu ada godaan untuk membangun “sarang”, untuk berpegang teguh pada kelompok kecil kita, untuk hal-hal dan orang-orang yang kita sukai, guna melawan semua kontaminasi. “Itu hanya langkah kecil dari sarang hingga sekte, bahkan di dalam Gereja,” kata Sri Paus.

“Berapa kali kita mendefinisikan identiti kita bertentangan dengan seseorang atau sesuatu! Sebaliknya, Roh Kudus menyatukan mereka yang jauh, membawa pulang mereka yang tercerai-berai. Dia menggabungkan dan menghimpunkan kita meskipun ada perbezaan dengan orang lain dalam keharmonian, kerana di atas segalanya Dia melihat kebaikan. Dia melihat pada individu-individu sebelum melihat kesalahan mereka, pada peribadi-peribadi sebelum melihat tindakan mereka,” lanjut Sri Paus.

Dapat dikatakan bahawa kita hidup dalam budaya kata sifat yang melupakan kata benda yang menamai realiti segala sesuatu. Malah juga budaya penghinaan sebagai reaksi pertama terhadap pendapat yang tidak saya sukai.

Lalu kita tahu itu berbahaya bagi yang dihina dan bagi yang menghina. “Membalas kejahatan dengan kejahatan, bukanlah cara menjalani hidup. Namun, yang hidup oleh Roh membawa kedamaian di mana ada perselisihan, kerukunan di mana ada konflik. Yang hidup beragama membalas kejahatan dengan kebaikan. Mereka menanggapi kesombongan dengan kelembutan, kebencian dengan kebaikan, teriakan dengan diam, gosip dengan doa, kekalahan dengan sokongan. — media Vatikan

Total Comments:0

Name
Email
Comments