Satu anak, satu guru, satu buku, dan satu pen dapat mengubah dunia

“Seorang kanak-kanak untuk seorang guru, satu buku, dan satu pena dapat mengubah dunia,” kata advokat pendidikan Pakistan, Malala Yousafzai.

Oct 02, 2020

ROMA: “Seorang kanak-kanak untuk seorang guru, satu buku, dan satu pena dapat mengubah dunia,” kata advokat pendidikan Pakistan, Malala Yousafzai. Kata-kata Malala ini diulangi oleh Sri Paus Fransiskus dalam ucapannya kepada Sidang Umum PBB pada 25 Sept lalu.

Sri Paus Fransiskus mengulangi desakannya terhadap para pemimpin dunia agar memberikan perhatian khusus pada kanak-kanak yang hak-hak dasarnya telah dilanggar di tengah pandemik  virus corona. “Kita tidak boleh gagal untuk mengakui kesan buruk dari krisis COVID-19 pada anak-anak, termasuk migran muda dan pengungsi tanpa pendamping,” kata Sri Paus  dalam pidatonya di depan Sidang Umum PBB pada 25 September.

“Jutaan kanak-kanak pada ketika ini tidak dapat kembali ke sekolah,” katanya. “Di kebanyakan ceruk dunia, situasi ini berisiko dalam meningkatkan buruh paksa di kalangan kanak-kanak, penganiayaan, eksploitasi dan kekurangan gizi,” tambah Sri Paus .

Di Filipina, 280,000 kanak-kanak  telah menjadi korban perdagangan seks dunia maya antara Mac dan Mei, empat kali ganda dari angka tahun lalu, dan menjadikannya pusat pornografi kanak-kanak online.

Persatuan Bangsa-Bangsa juga mencatat sekitar 12 juta kanakkanak  perempuan di bawah usia 18 tahun, berkahwin setiap tahun.

PBB telah memperingatkan ada tambahan 13 juta perkahwinan di kalangan kanak-kanak akan terjadi dalam dekad berikutnya jika kesan ekonomi dan sosial dari pandemik  COVID-19 tidak ditangani dengan betul.

Sri Paus  Fransiskus juga menun jukkan bahawa kekerasan terhadap kanak-kanak, termasuk penganiayaan dan pornografi, telah meningkat secara drastik.

Saluran bantuan untuk kanakkanak di India telah menerima 92,000 panggilan hanya dalam masa 11 hari untuk meminta perlindungan dari penganiayaan dan kekerasan semasa perintah kawalan pergerakan yang lalu.

Sri Paus Fransiskus meminta pihak berwenang untuk memperhatikan kanak-kanak, terutama mereka yang secara khusus dicabut haknya untuk hidup dan bersekolah.

Sangti Papa juga mengimbau para pemimpin politik dan sektor swasta untuk “tidak melewatkan usaha-usaha” dalam memastikan akses vaksin COVID-19 dan teknologi penting yang diperlukan untuk merawat orang sakit.

“Jika ada yang diberi pilihan,  biarlah yang termiskin, paling lemah, mereka yang begitu sering mengalami diskriminasi kerana mereka tidak memiliki kekuatan atau sumber daya ekonomi,” katanya. – LiCASnews.com

Total Comments:0

Name
Email
Comments