Tahun Baru Cina bukan pesta dan makan, ia meraikan persaudaraan dan kesyukuran

Anggapan bahawa perayaan Tahun Baru Cina bererti pesta dan makan, sepenuhnya salah. Keterbukaan Gereja terhadap budaya lokal merupakan perwujudan ny

Jan 22, 2020

Anggapan bahawa perayaan Tahun Baru Cina  bererti  pesta dan makan, sepenuhnya salah. Keterbukaan Gereja terhadap budaya lokal merupakan perwujudan nyata dari sifat katolisitas Gereja.

Dalam semangat Konsili Vatikan II, Gereja melihat bahawa kekayaan budaya Timur bila dipakai dengan tepat, dapat membantu evangelisasi. Maka, proses inkulturasi mendapat perhatian utama dalam pastoral Gereja. Atribut Katolik yang dikenakan pada Gereja menunjukkan sifat kesejagatan  Gereja, yang memiliki semangat keterbukaan, yang menghargai budayabudaya yang ada.

Tahun Baru Cina  atau disebut Perayaan Musim Semi (chun jie) adalah perayaan penting bagi orang Tionghua dalam penanggalan Tionghua (Yin Li). Kata “Yin li” yang berasal dari dialek Hokkian. Perayaan ini secara tradisional berlangsung dari malam sebelum perayaan tahun baru hari pertama, sampai dengan Perayaan Lampion (Cap Go Meh) pada hari kelima  belas, di mana pada hari itu, bulan terlihat bulat sempurna.

Bila pada tahun baru Cina  ada kebiasaan orang Tionghua pergi ke tokong untuk bersembahyang, Gereja Katolik juga membuka pintu bagi setiap umat Tionghua Katolik, untuk merayakan Tahun Baru  Cina  dalam perayaan Ekaristi. Tidak perlu ada perayaan Ekaristi khusus  Tahun Baru Cina  dengan gaya dan dekorasi yang meriah. Bacaan-bacaan Ekaristi pun tidak perlu dicari-cari lagi, cukup memakai yang sudah disediakan oleh Gereja dalam kalendar liturgi.

Sementara itu, dekorasi Tahun Baru Cina  sebaiknya tidak memenuhi panti imam dan altar, melainkan cukup di samping dan belakang gereja, atau bahkan cukup hanya di halaman gereja. Jangan sampai dekorasi yang berlebihan membuat orang kehilangan orientasi terhadap misteri Kristus yang dirayakan.

Merayakan Ekaristi dan memasuki tahun baru perlu disertai dengan sikap rohani yang tepat. Tahun baru yang dirayakan hendaknya dijauhkan dari pesta pora yang membuat orang kehilangan dan melupakan makna tradisi Cina, yang sebenarnya sudah indah. Nilai-nilai keluarga, persaudaraan, perdamaian, dan hidup baru adalah inti dari perayaan Tahun Baru Cina. -- Agustinus Lie CDD, Pensyarah Liturgi STFT Widya Sasana Malang

Total Comments:0

Name
Email
Comments