Uskup desak kerajaan tidak paksa petugas kesihatan lakukan pengguguran janin

Seorang uskup Katolik di Korea Selatan telah meminta kerajaan untuk menggubal undangundang yang memungkinkan petugas kesihatan menolak melakukan pengguguran janin.

Oct 24, 2020

SEOUL: Seorang uskup Katolik di Korea Selatan telah meminta kerajaan  untuk menggubal undangundang yang memungkinkan petugas kesihatan menolak melakukan pengguguran janin.

Uskup Mathias Lee Yong-hoon dari Keuskupan Suwon mengatakan pihak berkuasa harus menggubal undang-undang “keberatan hati nurani” yang membolehkan doktor dan perawat menolak pesakit yang meminta pengguguran janin.

“Petugas kesihatan tidak boleh dihukum hanya kerana mereka menolak melakukan prosedur pengguguran janin ,” kata Uskup Lee, presiden baru Konferensi Waligereja Korea seperti dilapor Korea Times.

Bulan ini, Kementerian Kehakiman Korea Selatan mengumumkan bahawa pemerintah akan membenarkan pengguguran janin dan telah memutuskan untuk memberikan hak kepada wanita untuk mengakhiri kehamilan yang berusia 14 minggu.

Penghentian kehamilan juga dapat dilakukan  setelah berusia 24 minggu dalam kes janin cacat, jenayah seksual, atau risiko kesihatan bagi ibu.

Pada April 2019, Mahkamah Konstitusi menyatakan undangundang anti-pengguguran janin  tidak konstitusional dan memerintahkan Majlis Nasional untuk menyemak semula undang-undang tersebut pada akhir tahun 2020.

Gereja Katolik di Korea Selatan menegaskan bahawa pengguguran janin tidak dapat diterima dan berten tangan dengan ajaran Gereja yang pro-kehidupan.

“Melindungi martabat kehidupan manusia adalah nilai yang tidak dapat dikompromikan,” kata Uskup Lee.

Pengguguran janin  di Korea Selatan telah dilarang sejak tahun 1953 dan dihukum berdasarkan KUHP negara tersebut.

Pada tahun 1973, undangundang anti-pengguguran janin  diggubah yang membenarka wanita mengakhiri kehamilan dalam kes  pemerkosaan, hubungan  sedarah, risiko kesihatan bagi perempuan, atau penyakit keturunan atau penyakit menular. .

Para uskup Katolik Korea Selatan sebelumnya mengungkapkan harapan bahawa “masyarakat kita harus membangun sistem yang adil di mana kita bertanggung jawab bersama atas kehamilan dan perawatan anak.”

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada bulan Ogos para uskup mendesak negara itu untuk berjuang menjadi Korea yang lebih baik dengan membangun dasar penghormatan terhadap kehidupan dan budaya kehidupan.

“Negara harus mengakui setiap kehidupan manusia, terlepas dari tahap perkembangannya, sebagai manusia yang berharga,” kata para uskup.

Pada bulan Ogos mahasiswa dari enam universiti  di Korea Selatan mengirim surat kepada Sri Paus Fransiskus untuk meminta sokongan dalam kempen mereka bagi menentang rencana pemerintah yang mengizinkan pengguguran janin  di negara tersebut. — LiCAS.news

Total Comments:0

Name
Email
Comments