Apakah segala sesuatu sudah diatur oleh Tuhan?
Dalam diri kita ada duri dalam diri kita yang membuatkan kita bergelut untuk memilih kehendak daging atau Tuhan (2 Kor. 12:7; Ef 2:3).
Mar 24, 2023

Pertanyaan: Apakah segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita sudah ditentukan oleh Tuhan? — yang ingin pencerahan
Jawaban: Semasa berdoa di Taman Getsemani, Yesus mengatakan, “…Janganlah seperti yang Ku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat. 26:39).
Ungkapan tersebut menunjukkan adanya pergelutan dalam kemanusiaan Yesus, namun Dia tetap memilih kehendak Tuhan, kenyataan Ilahi dalam diri-Nya.
Pergelutan seperti itu dialami oleh setiap orang, sebagaimana Paulus menggambarkan dirinya selalu melakukan yang bukan dirancangnya (Lih. Roma 7:15. 19).
Dalam diri kita ada duri dalam diri kita yang membuatkan kita bergelut untuk memilih kehendak daging atau Tuhan (2 Kor. 12:7; Ef 2:3).
Sebagai manusia, memang sukar membezakan kehendak Tuhan dengan kehendak diri. Itulah pergelutan diri kita seumur hidup. Manusia adalah citra Tuhan, diciptakan menurut gambar dan rupa Tuhan (Lih. Kej.
1:27), namun rahmat kebebasan yang dianugerahkan Tuhan menjadikan kita menyalahgunakan kebebasan tersebut. Manusia menggunakan kebebasannya secara buruk.
Di dalam sejarah Gereja, pernah ada perdebatan tentang “pre-destinasi” yang mengatakan segala-galanya telah diatur serta dikehendaki oleh Tuhan.
Pandangan ini bagaimana pun dihadapkan dengan pemahaman akan kehendak bebas, yang diberikan kepada manusia.
Perdebatan dua hal ini sudah berlangsung lama, sejak di awal keberadaan Gereja.
Santo Augustinus cukup banyak berbicara tentang perkara ini, dan memberi pengaruh dalam ajaran Gereja akan hal ini.
Katekismus Gereja Katolik kemudian menggambarkannya demikian, “Kalau Dia telah ‘menentukan’ sesuatu sebelumnya dalam rencananya yang abadi, Dia turut memperhitungkan juga jawaban setiap orang atas rahmat-Nya” (KGK 600).
Kehendak Tuhan adalah keselamatan, agar setiap orang memperoleh kehidupan kekal (Lih.Yoh. 6:39-40).
Yang sejak semula ditentukan Tuhan adalah untuk menjadi serupa dengan gambaran Putera-Nya, dan itu merupakan jalan pemuliaan (Lih. Roma 8:29-30).
Dari sini kita boleh membayangkan bahawa Tuhan tidak menghendaki celaka, apalagi kehancuran.
Oleh itu, kita perlu senantiasa diperdamaikan dengan Kristus, diperbaharui oleh-Nya, agar martabat hidup kita dipulihkan. Tuhan menghendaki keselamatan bagi semua.
Bila ada sesuatu yang tidak sesuai terjadi dalam hidup kita, ia adalah akibat dari penyalahgunaan kebebasan manusia. Hidup kita dalam dunia ini rapuh, mudah retak, maka kita perlu menjaganya agar tidak jatuh dan patah (Lih. 2 Kor. 4:7).
Kisah pengkhianatan Yudas boleh kita pakai sebagai contoh, Tuhan memberi kesempatan, namun dia mensia-siakannya, memilih pergi daripada Tuhan dan Tuhan mempersilakan dia menjalankan rencananya sendiri (Lih. Yoh. 13:27).
Apakah setiap bencana alam sudah ditentukan oleh Tuhan? Ini adala pandangan melampau. Kita telah diberikan tugas untuk menghindari serta meminimalkan kesan kerosakan bumi.
Kitalah yang harus menggunakan kebebasan serta akal budi kita secara benar dan bertanggungjawab.
Melemparkan semuanya kepada kehendak Tuhan, hanyalah sikap mahu lari dari tanggungjawab dan kedewasaan iman
Maka, kita perlu mendalami Kitab Suci dan ajaran Gereja, agar kita terbantu menegaskan kehendak Tuhan, dan mewaspadai setiap kehendak dan kepentingan diri.
Paulus membantu kita dengan kriteria menilai apa yang mendorong sikap dan tindakan kita, apakah ia dari Roh atau dari kedagingan? (Lih. Gal. 516-26; Rom. 8:1-17).
Buah nyata dari kehendak Tuhan, akhirnya adalah kasih (Lih. Yoh. 15;1-17; 1 Yoh. 4:7-21). — Fr T. Krispurwana Cahyadi, SJ, hidupkatolik.com
Total Comments:0