Bagaimana Caritas bantu petani India bangkit selepas taufan dahsyat

Hanya satu malam, taufan dahsyat telah menghancurkan harapan Ram Prasad Misra untuk mendapatkan hasil yang menguntungkan dari tanah seluas dua hektar di Odisha, India timur, pada tahun 2019.

Apr 10, 2021

ODISHA, India: Hanya satu malam, taufan dahsyat telah menghancurkan harapan Ram Prasad Misra untuk mendapatkan hasil yang menguntungkan dari tanah  seluas dua hektar di Odisha, India timur, pada tahun 2019.

Misra masih mengingati dengan jelas bagaimana hari yang cerah berubah menjadi gelap yang menandai taufan yang melanda desa Ektal dan daerah sekitarnya, menghanyutkan tempat tinggal, menumbangkan pohon-pohon, dan menghancurkan tanaman yang sudah siap untuk dituai.

Keesokan paginya ketika taufan sudah berhenti, dia tidak dapat lagi menemui tanaman yang ditanamnya.

“Semua tanaman sudah tidak ada lagi. Sukar untuk saya percaya bahawa kerja keras seorang petani selama berbulan-bulan, tidak ada  yang tersisa,” kata Misra kepada LiCAS.news.

“Tahun itu, saya tidak mendapat satu sen pun. Kerajaan kemudian memberikan bantuan tetapi terlalu sedikit bahkan tidak mampu  menutupi biaya pertanian dasar,” katanya.

Tahun berikutnya bahkan menjadi tahun yang lebih genting bagi petani  itu. Hakisan tanah dan lapisan lumpur besar-besaran akibat taufan telah menghancurkan ladangnya, sehingga memaksa ayah kepada tiga orang anak itu mencari mata pencarian di tempat lain.

“Keluarga saya di ambang kelaparan. Tidak ada tanaman bererti tidak ada pendapatan, dan tanpa wang. Anda tidak dapat bayangkan hidup di dunia ini seperti apa,” katanya.

Misra bekerja sebagai salesman di kedai tempatan tetapi hanya mendapat pendapatan sekitar 2,500 rupee (US$ 30) sebulan.

Nasib petani-petani lain di desa Misra dan kebun sekitarnya akibat taufan 2019 juga sama buruknya.

Sadhashiv Ram, seorang petani kecil di desa Sonepur, memiliki setengah ekar biji-bijian minyak yang sudah siap dituai ketika badai melanda dan menghancurkan semuanya.

“Rumah dapat dibangun kembali tetapi tanahnya sudah hancur dan seringkali tidak sesuai untuk tumbuh-tumbuhan. Ini adalah fakta yang sangat berbahaya,” kata Ram kepada LiCAS.news.

Untuk membantu komuniti petani yang menderita, Caritas Jerman tahun lalu bersama dengan Cari tas India melancarkan projek yang mencakup 28 desa di Odisha untuk membantu para petani melakukan diversifikasi usaha dan mempertahankan usaha mereka berjalan. Juru bicara Caritas, Anjan Beg, mengatakan para petani yang bergabung dengan projek tersebut dilatih untuk mengadopsi praktik pertanian inovatif, termasuk metode konservasi tanah dan air, serta sistem pertanian berintegrasi.

Misra menghadiri sesi latihan pada bulan Jun tahun lalu bersama petani lainnya.

“Saya diajar cara bertani organik. Juga cara budi daya benih, pembuatan baja semula jadi dan tanaman apa yang harus dimanfaatkan  dengan biaya murah dapat mendapatkan  hasil yang maksima,” kata Misra.

Selepas latihan, beliau mempraktikkan apa yang dia pelajari dan berhasil menabur berbagai tanaman seperti labu, kentang, dan tomato.

“Hasilnya mengejutkan. Kaedah ini dan penggunaan air juga rendah, malah penggunaan baja juga sedikit dan tidak berbahaya serta tidak membahayakan tanah,” ujar Misra. “Sebelumnya, hasil tuaian saya  tidak lebih dari 500 kg. Tetapi sekarang ada peningkatan sekitar lapan kali ganda dengan pembiayaan yang jauh lebih rendah,” katanya.

Direktur Caritas India, Pastor Paul Moonjely mengatakan bahawa bahagian pesisir India telah mengalami bencana alam akibat perubahan iklim.

“Badai dan gelombang ombak air pasang yang membinasakan sudah menjadi rutin.  Hakisan pesisir relatif lebih sensitif  terhadap perubahan iklim, yang membawa kesan negatif serius bagi wilayah pesisir kerana sebahagian besar masyarakat bergantung mata pencarian pada pertanian,” ujar Fr Moonjely.

Salah satunya adalah Ram, yang kehilangan setengah ekar tanaman sayur biji untuk minyak. Kini Ram bertani secara organik dan beliau kini mempunyai penghasilan tiga kali lebih banyak dari itu disebabkan metode adaptasi iklim telah mengajar kami untuk menanam apa, bila dan bagaimana mempraktikkan pertanian yang aman,” katanya. — LiCASnews.com

Total Comments:0

Name
Email
Comments