Lima penyebab mengapa sukar meminta maaf

Saya mendapati, pasangan hidup saya amat sukar untuk meminta maaf. Bukan hanya kepada saya tetapi juga terhadap anak-anak kami.

Apr 24, 2021

Soalan: Saya mendapati, pasangan hidup saya  amat sukar untuk meminta maaf. Bukan hanya  kepada saya tetapi juga terhadap anak-anak  kami. Saya seperti "tertampar" oleh anak-anak  ketika menasihati mereka agar berani mengaku  salah dan meminta maaf. 

Tetapi dengan nada gurauan mereka mengatakan  kepada saya, bapa sendiri tidak pernah meminta  maaf sekiranya melakukan kesalahan, misalnya  terpijak barang mainan mereka atau ketika tidak  menepati janji. Mohon saranan dari saudara. —  Anne

Jawaban: Kami ikut prihatin dengan sikap pasangan hidup anda. Ada kemungkinan sikapnya  itu bakal dicontohi oleh anak-anak. Ada beberapa  faktor yang menyebabkan seseorang sukar untuk  mengaku salah dan meminta maaf. Berdasarkan  sejumlah artikel dan penelitian, orang yang sukar  mengaku salah dan meminta maaf kerana dilatarbelakangi oleh lima faktor:

Pertama: Pola asuh ibu bapa: Keberadaan kita  tak mungkin tanpa keberadaan dan peranan orangtua. Setiap orang tua memiliki pola asuh tersendiri  dalam mendidik anak-anaknya. Ada orang tua yang  mendidik buah hatinya dengan menghargai dan  mengasihi orang lain tanpa melihat status orang  tersebut. Sehingga, memudahkannya untuk mengaku salah mahupun meminta maaf. Sebaliknya,  ada ibu bapa yang mendidik anak bahawa level  keluarganya lebih tinggi dibandingkan orang lain.  Ini menjadikan anak-anak tidak terbiasa untuk meminta maaf kepada orang lain yang statusnya lebih  rendah dari mereka.

Kedua: Merasa diri memiliki “kekuatan” lebih  besar dari orang lain: “Kekuatan” di sini mungkin bererti memiliki fizikal yang besar dan tegap  dibandingkan dengan orang lain, berkedudukan  atau memegang jawatan tinggi, berpendapatan tinggi atau berpengaruh besar dalam sebuah komuniti.  Kekuatan-kekuatan tersebut ada kalanya menjadi  hambatan dalam meminta maaf apabila melakukan  kesalahan.

Ketiga: Citra diri: Hal tersebut merupakan gambaran sikap dan sifat peribadi seseorang sehingga  ada yang memiliki citra diri yang tinggi dan rendah.  Biasanya orang yang memiliki citra diri tinggi sulit  untuk meminta maaf, karena dengan meminta maaf  akan dapat menjatuhkan citra diri mereka. Citra diri  ini terbentuk kerana pola asuh orangtua mahupun  merasa dirinya memiliki “kekuatan” yang lebih besar dari orang lain.

Keempat: Kekecewaan terlalu mendalam: Di  sini berkaitan dengan pengalaman masa lalu. Pada  dasarnya manusia itu adalah makhluk sosial. Manusia pada dasarnya suka bergaul dan berkomunikasi  sehingga tahu ada perasaan bersalah dan meminta  maaf. 

Namun, dalam hidup bersama, ada kalanya seseorang itu sudah mengaku salah dan meminta maaf,  tetapi pihak yang satu tidak mahu memaafkan justeru marah dan menyakiti hati. Ini dapat menjadi  memicu kekecewaan. Pengalaman itu pula kelak  menyebabkan orang tersebut sukar atau takut untuk  meminta maaf lagi. Berdasarkan pengalaman yang  menyakiti hati dan sangat mengecewakan tersebut,  menjadikan orang tersebut sukar atau takut untuk  mengaku salah dan meminta maaf.

Kelima: Jenis kelamin: Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan, sudah menjadi rahsia umum  bahawa lelaki tergolong orang yang susah meminta  maaf, sekalipun sudah jelas bersalah. 

Puan, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, asalkan Puan bersabar dan penuh kasih.  Berdasarkan hasil penelitian dan rujukan, persoalan itu dapat diselesaikan bergantung pada tahap  kedekatan Puan dengan pasangan. 

Semakin dekat hubungan Puan dengan suami semakin mudah untuk berkomunikasi dan memberi  pengertian kepadanya untuk berani mengakui kesalahan dan meminta maaf.

Di samping itu, ajaklah suami untuk aktif dalam  kegiatan keagamaan. Bukan sekadar ikut beribadat  setiap minggu, namun juga aktif terlibat kegiatan  kemasyaratakan atau KKD. 

Semakin giat dalam kegiatan bersama, dia akan  semakin mengenal perasaan orang lain dan semakin mengenal dirinya sebagai manusia, yang tidak  lepas dari membuat kesalahan dan pentingnya meminta maaf. — Haryo Goeritno, hidupkatolik.com

Total Comments:0

Name
Email
Comments