Pertobatan, tanda kasih kita kepada Tuhan

Nabi Barukh mewartakan khabar gembira tentang damai-sejahtera, kerana Tuhan akan datang. Paulus berseru kepada umat di Filipi , “Usahakanlah supaya kamu suci dan tidak cacat cela menjelang hari Kristus.”

Dec 04, 2021

HARI MINGGU KEDUA
ADVEN ( TAHUN C ) BARUKH 5:1-9 FILIPI 1:4-6.8-11
LUKAS 3:1-6

Nabi Barukh mewartakan khabar gembira tentang damai-sejahtera, kerana Tuhan akan datang. Paulus berseru kepada umat di  Filipi , “Usahakanlah supaya kamu suci dan tidak cacat cela menjelang hari Kristus.”

Dan Yohanes Pembaptis dalam Injil Lukas berseru, “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis. Maka Tuhan akan mengampuni dosamu. Siapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan bagiNya.”. Inilah khabar gembira yang kita dengarkan pada masa Adven ini.

Apa yang disampaikan Yohanes Pembaptis dua puluh satu abad yang lalu, juga ditujukan kepada kita. Yohanes menyampaikan tiga syarat yang harus kita penuhi agar kita dapat diselamatkan, iaitu pembaptisan, pertobatan dan pengampunan dosa. Tiga syarat itu sangat berkaitan antara satu sama lain.

Pembaptisan adalah suatu tanda panggilan yang kita terima untuk memasuki kehidupan bersama dengan Yesus. Pembaptisan adalah pembersihan diri dari segala cacat hidup.

Namun pembaptisan bukanlah suatu alat yang bekerja secara automatik, ataupun seakan-akan semua akan berjalan dengan sendirinya. Secara simbolik, niat dan tekad baik seseorang yang mahu berdamai dengan Tuhan, pada zaman Yohanes – dibuktikan dengan membenamkan diri ke dalam sungai Yordan, agar segala kekotoran dirinya terhapus.

Namun pada zaman moden ini, bagi kita sekarang ini, pembaptisan itu terlaksana dengam menuangkan air di kepala/dahi kita. Sebab kepala kita adalah sumber kebaikan dan sumber kejahatan kita. Pertobatan dan pengakuan dosa merupakan syarat pengampunan.

Pertobatan merupakan suatu perubahan keadaan hati/batin yang buruk menjadi lebih baik.

Pertobatan bukan untuk sementara, melainkan harus mempengaruhi corak dan arah hidup dan perbuatan kita selanjutnya kea rah kebaikan. Itulah yang disebut perubahan total: suatu metanoia. Bukan sekadar menyesali dosadosa yang telah kita lakukan, melainkan seluruh peribadi dan hati nurani kita berubah secara mendasar dan radikal.

Bukan hanya bererti tidak berbuat jahat, melainkan lebih positif, iaitu berupa berbuat baik. Metanoia atau perubahan total inilah yang dapat mendatangkan pengampunan yang sebenarnya. Pengampunan hanya diberikan Tuhan di mana ada pertobatan. Dengan demikian pengampunan dari segala dosa bererti pembebasan diri dari beban berat hidup kita.

Pengampunan mendatangkan rekonsiliasi, pendamaian kembali dengan Tuhan, sekaligus pendamaian dengan sesama kita. Dengan demikian pertobatan dan pengampunan merupakan suatu penyembuhan dan pemulihan kembali hidup kita sehingga dapat menjadi tenang dan penuh damai.

Pesan yang kita peroleh dalam Kitab Suci tidak pernah ketinggalan zaman, bahkan selalu relevan dan aktual.

Dan pesan keagamaan/kerohanian alkitabiah tidak boleh dipisahkan dari hidup dan perbuatan kita sehari-hari, baik dalam hubungan kita dengan Tuhan mahupun dengan sesama. Sebab kebenaran dan kesungguhan perbuatan yang kita lakukan secara lahiriah, ditentukan oleh keadaan rohaniah/batin kita!

Hubungan kita dengan Tuhan hanya benar, apabila hubungan kita dengan sesama adalah baik. Tiada hubungan yang baik dengan Tuhan, apabila hubungan kita dengan sesama kita tidak baik!

Saya masing ingat, semasa melancarkan Tahun Belas Kasihan pada 8 Disember 2015, Sri Paus Fransiskus berkata, “Saudara-Saudari terkasih, kerapkali saya memikirkan bagaimana caranya Gereja dapat membuktikan secara lebih nyata misinya untuk menjadi saksi belas kasihan Tuhan. Ia harus dimulai dengan pertobatan rohani.

“Untuk itulah saya memutuskan supaya Gereja merayakan Yubileum Luar Biasa, yang berpusat pada belas kasihan Tuhan di bawah terang Sabda Tuhan, “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”

Murah hati atau berbelas kasihan, itulah sebenarnya pertobatan sejati. Bila orang hanya hidup saleh, ataupun mempunyai devosi yang kuat, tetapi tidak disertai belas kasihan kepada sesama, maka orang itu melakukan pertobatan palsu.

Bersikap dan berbuat murah hati kepada sesama seperti dilakukan Yesus, itulah pertobatan sejati! Itulah tanda kasih kita kepada Tuhan yang benar! — Msgr. F.X. Hadisumarta O. Carm, imankatolik.com

Total Comments:0

Name
Email
Comments