Sejauh mana kita merasa diri sebagai murid Yesus
Tugas perutusan atau tugas misionari oleh Yesus adalah ditujukan kepada segala makhluk, dan tugasan itu diberikan tanpa memilih-milih serta bersifat universal.
Jul 13, 2024
HARI MINGGU
BIASA KE-15
TAHUN B
AMOS 7:12-15
EFESUS 1:3-10
INJIL MARKUS 6:7-13
Tugas perutusan atau tugas misionari oleh Yesus adalah ditujukan kepada segala makhluk, dan tugasan itu diberikan tanpa memilih-milih serta bersifat universal.
Sesiapa yang dipanggil Tuhan, akan melayani sesiapa sahaja. Sebab inilah dikatakan panggilan Yesus bersifat universal.
Nada kata-kata Yesus di dalam Injil hari ini menuntut sikap agar bersandar secara total kepada Tuhan dalam apa pun. Walau apa pun situasi dan keperluan yang mereka alami.
Setiap yang diutus tidak dapat memilih tempat atau orang. Mereka tidak dihantar kepada orang-orang yang pasti menerima pewartaan.
Bahkan Yesus menambah pesan “jangan membawa apa-apa dalam perjalanan”.
Perintah Yesus ini sungguh bertentangan dengan pemikiran intelektual secara moden: safety first!
Sebenarnya yang dimaksudkan Yesus ialah supaya murid-murid-Nya bergantung sepenuhnya kepada-Nya, bukan kepada diri mereka sendiri!
Dia berjanji akan menyertai mereka sepenuhnya, dan satu-satunya tujuan Yesus datang ke dunia ialah untuk menyelamatkan semua orang.
Maka perintah-Nya untuk mengebaskan debu yang di kaki, dimaksudkan sebagai kesaksian bagi sesiapa yang menolak atau tidak mahu bertaubat.
Ada ajaran lain dalam Injil Markus hari ini, yang patut kita perhatikan. Apabila kita membaca Injil Markus seluruhnya, ternyata murid-murid Yesus kerapkali bukan membantu, melainkan menghalang Dia.
Yesus sering menegur mereka, kerana gagal menangkap atau memahami maksud-Nya disebabkan oleh kekerasan hati mereka!
Meskipun demikian, Yesus sungguh datang untuk menyelamatkan kita dan Dia mengenal siapa sebenarnya murid-murid-Nya.
Lazim orang berkata: “Orang-orang di dunia lebih memikirkan hal-hal duniawi, bukan hal-hal ilahi”.
Inilah yang juga dialami murid-murid Yesus, meskipun mereka itu sudah dipanggil oleh Yesus.
Oleh kerana Yesus datang ke dunia untuk menolong dan menyelamatkan, maka Dia sabar dan tak akan berganti sikap kasih dan perbuatan-Nya.
Perlahan-lahan, Dia mengubah cara fikir, pandangan, sikap dan perbuatan murid-murid-Nya.
Mereka diubah menjadi murid-murid yang setia, sehingga akhirnya (kecuali Yohanes) mereka bersedia mengorbankan hidup mereka sebagai martir.
Yesus memberikan kuasa dan kekuatan kepada murid-murid-Nya untuk tampil, hidup dan bertindak atas nama-Nya.
Kuasa dan kekuatan apa itu sebenarnya? Dia memberi perintah agar para pengikut-Nya mengusir syaitan dengan menggunakan nama-Nya, menyembuhkan orang sakit, memberi makan kepada orang yang lapar, mewartakan sabda Tuhan.
Semua itu dirumuskan dengan “membawa khabar gembira (Injil)”, seperti yang telah diterima daripada dan dilakukan oleh Yesus sendiri.
Ini bermaksud, kuasa dan kekuatan Yesus bukan sembarangan, melainkan digabungkan dengan kasih dan kerendahan hati.
Namun ‘dunia’ dan ‘daging’ mencari serta menggunakan kuasa dan kekuatannya untuk kepentingannya sendiri, Yesus mengajarkan dan melaksanakan kuasa dan kekuatan-Nya untuk kepentingan sesama manusia!
Memang mengikuti Yesus, menjadi murid-Nya ada risikonya!
Menjadi murid Yesus bererti mahu mengajar dan melakukan apa yang dilakukan Yesus sendiri! Ternyata apa yang diajarkan dan dilaksanakan oleh Yesus telah membawa-Nya kepada penderitaan dan kematian.
Apa kesimpulan kita? Mari kita semua sebagai murid Yesus secara jujur bertanya kepada diri kita sendiri: Sejauh manakah kita merasa diri sebagai murid Yesus?
Panggilan apakah yang disampaikan kepada kita masing-masing? Pengalaman apakah yang kita hadapi dan kita tanggapi, sehingga dapat memperdalam iman kita sebagai murid Yesus sejati?
Apakah hanya yang menyenangkan, memuaskan, keberhasilan? Ataukah kekecewaan, kesulitan, penderitaan?
Sejauh manakah kita, sebagai murid Yesus, mengambil bahagian dalam tugas memperkenalkan Yesus kepada orang lain melalui tingkah laku kita, perkataan kita, dengan menyembuhkan orang sakit dan memberi makanan kepada orang yang berkekurangan?
Sudahkah kita mengajak orang lain ikut mengambil bahagian dalam kebahagiaan dan kepuasan kita. Belum atau tidak? Jika belum, maka kita bukan murid Yesus sejati. — Msgr F.X Hadisumarta O.Carm, imankatolik
Total Comments:0