Bersatu pada pokok anggur sejati dan menghasilkan buah-buah kebaikan

Dalam Perjanjian Lama hubungan antara kaum Israel dan Yahweh (Tuhan) digambarkan sebagai pohon anggur.

Apr 26, 2024

HARI MINGGU PASKAH V
(TAHUN B)
Kisah Para Rasul 9:26-31;
1 Yohanes 3:18-24;
Injil Yohanes 15:1-8.

Dalam Perjanjian Lama hubungan antara kaum Israel dan Yahweh (Tuhan) digambarkan sebagai pohon anggur.

Misalnya Yesaya (Yes 5:1) menulis: “Kebun anggur Tuhan semesta alam ialah kamu Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya” (ay.7).

Yeremia juga memberi gambaran tentang pohon anggur sejati, “Aku telah membuat engkau tumbuh sebagai pokok anggur pilihan, sebagai benih yang sungguh murni” (Yer 2:21).

Dengan demikian, anggur dipandang sebagai lambang bangsa Israel. Harus diperhatikan lambang pokok anggur itu dikaitkan tentang wujudnya ketidakaslian bangsa Israel.

Dalam hal ini, Yesaya melihat Israel menjadi sebagai kebun anggur yang tumbuh dan berkembang liar.

Yeremia mengeluh, bahawa bangsanya dianggapnya merosot menjadi pokok anggur yang palsu!

Dengan latar belakang itulah dalam Injil Yohanes Yesus berkata: “Akulah pokok anggur yang benar” (Yoh 15:1).

Pokok anggur harus benar, tulen, sejati atau seperti seharusnya. Yesus mahu menyedarkan orang-orang Yahudi akan situasi dan keadaan mereka yang sebenarnya.

Mereka itu, terutama kaum Farisi, menganggap diri mereka sebagai ranting-ranting pokok anggur yang asli atau benar. Tetapi seperti dikatakan oleh para nabi, moral serta iman orang-orang Farisi itu sudah merosot kualitinya.

Dalam hal ini, Yesus menegaskan: “Akulah pokok anggur yang benar!” Yesus mahu menegaskan: “Jikalau kamu menganggap dirimu orangYahudi (Israel), bukanlah itu bererti bahawa kamu akan dengan sendirinya diselamatkan!

Yesus berkata, “Satu-satunya jalan yang dapat menyelamatkan kamu ialah, kamu harus selalu memiliki hubungan erat dalam hidupmu dengan Aku. Sebab Aku ini adalah anggur Tuhan dan kamu adalah ranting-rantingnya yang bersatu dengan Aku”.

Bukan atas dasar keturunan atau darahnya sebagai orang Yahudi, melainkan hanya dengan memiliki iman dan kepercayaan kepada Yesus kita akan menjadi ranting-ranting yang selalu bersatu dengan Tuhan.

Bagi kita yang hidup pada zaman sekarang, kita harus mengingati bahawa bukan sarana, alat-alat atau syarat-syarat lahiriah atau jasmaniah yang dapat menjamin hubungan manusia dengan Tuhan.

Yang diperlukan ialah hubungan persatuan dan kasih rohani yang mendalam dengan Yesus Kristus. Hanya itulah yang merupakan jaminan hubungan dengan Tuhan yang benar dan pasti.

Persatuan Yesus dengan para pengikut-Nya adalah mutlak agar kita dapat menjadi ranting yang tidak mudah layu serta menghasilkan buah.

Menjadi umat Paskah bererti menjadi manusia yang tidak terpisah dan selalu bersatu erat dengan sang pokok anggur sejati iaitu Yesus sendiri.

“Tinggal dalam Kristus” – itulah antara pesan Injil Yohanes kepada kita! Apa ertinya: tinggal dalam Kristus?

Dengan tinggal selalu dalam Kristus atau menjadi ranting yang melekat kuat pada pohon anggur iaitu Yesus, maka kita akan menghasilkan buah-buah kebaikan, buah-buah yang menggembirakan, yang menyegarkan dan bukan buah-buah asam, bukan buah-buah kekacauan, permusuhan.

Ranting, selain harus bersatu pada pokoknya, ranting itu harus selalu bersih dan dibersihkan.

Ini bererti, sebagai ranting, kita harus membiarkan diri disucikan melalui pertobatan, mengaku dosa, doa dan mati raga, agar rahmat dan berkat Tuhan mengalir dan tercurah bagi kita tanpa halangan, dan memberi hidup serta pada akhirnya menghasilkan buah-buah kebaikan seperti: kasih, pengampunan, keadilan, persaudaraan dan sebagainya.

Kesetiaan pada sang pokok anggur sejati juga harus terus dibangun dan diperbaharui.

Kesetiaan adalah tanda kita tinggal dalam Dia dan Dia dalam kita. Kesetiaan kita dalam panggilan, dalam tugas dan pelayanan adalah tanda persatuan dan kesatuan kita pada Dia sang pokok anggur sejati.

Jangan biarkan diri menjadi kering, terlepas atau mati dari pokok. Ramai di antara kita yang berandal pada kekuatan diri sendiri sehingga lupa kepada Sumber hidup kita.

Semakin kita merasa tak berdaya, kembalilah kepada Tuhan kerana rahmat serta pertolongan-Nya sentiasa memampukan kita.

Sesungguhnya untuk terus ‘melekat’ dengan Kristus bukanlah terjadi secara automatik, melainkan merupakan suatu penghayatan, usaha berterusan, menerima sakramen-sakramen dan doa sungguh-sungguh. —Fr Fransiskus Emanuel da Santo, Mirifica

Total Comments:0

Name
Email
Comments