Mempermuliakan Tuhan

Lukas sesudah bercerita (Luk 9:22-27), bahawa Yesus sendiri harus menderita, mati dan bangkit, langsung memberitakan transfigurasi-Nya, yang merupakan gambaran kemuliaan-Nya.

Mar 15, 2025

HARI MINGGU
PRA-PASKAH 2
(TAHUN C)
Kejadian 15:5-12, 17-18
Filipi 3:17-4:1
Lukas 9:28b-36

Lukas sesudah bercerita (Luk 9:22-27), bahawa Yesus sendiri harus menderita, mati dan bangkit, langsung memberitakan transfigurasi-Nya, yang merupakan gambaran kemuliaan-Nya. Jadi penderitaan Yesus akhirnya membawa-Nya kepada kemuliaan.

Sejak dalam Perjanjian Lama peristiwa atau momen-momen yang penting, besar dan mulia berlangsung di gunung-gunung tinggi.

Misalnya Yahwe berbicara kepada Musa di Gunung Sinai. Elia juga disapa Yahwe di gunung. Malah dalam Perjanjian Baru: Yesus pergi dan naik ke gunung untuk berdoa (Luk 6:12; 22:39-41).

Dalam Minggu Pra-Paskah pertama, kita melihat Yesus digoda oleh Iblis selepas 40 hari berpuasa di padang gurun.

Pada hari ini, kita diajak melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya. Namun, sama ada gunung Tabor, gunung atau bukit lain, ia tidak menunjukan kemegahan dan kemuliaan, melainkan kehinaan Yesus, iaitu gunung Golgota!

Dalam Injil hari ini Lukas menunjukkan kepada kita, bagaimana Yesus mendidik dan menyiapkan murid-murid-Nya, agar supaya dapat menjadi pengikut-pengikut- Nya yang benar dan setia!

Seperti terbukti sampai akhir hidup-Nya, murid-murid Yesus masih belum memiliki gambaran tentang Almasih yang sebenarnya.

Almasih tetap digambarkan terlalu secara manusiawi. Almasih dilukiskan sebagai Raja yang berkuasa, megah istananya, mendatangkan kemakmuran bagi rakyatnya.

Mereka belum dapat memahami katakata Yesus ini: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak... lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Setiap orang yang mahu mengikut Aku, dia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk 9:22-23).

Kerana itu mereka (meskipun hanya tiga orang) diajak Yesus naik ke gunung Tabor, agar tahu bahawa di manapun dan dalam keadaan apa pun, Tuhan selalu hadir!

Meskipun ada halangan dan godaan bagi Yesus di padang gurun, akhirnya ada kemuliaan juga bagi-Nya di gunung Tabor.

Pengalaman Yesus adalah teladan bagi kita. “Masa Puasa hidup kita”, bukan hanya Masa Puasa liturgi 40 hari!

Hidup kita adalah masa penuh godaan dan cabaran, harus kita hadapi dengan penuh harapan untuk membawa kita kepada gunung kebahagiaan.

Keinginan Petrus untuk tetap tinggal dalam “keadaan enak atau selesa” di gunung Tabor itu merupakan suatu contoh keinginan manusia untuk tetap merasakan yang “enak”, aman, memuaskan, menyenangkan, tanpa perlu menggabungkan diri dengan masyarakat, di mana ada kesukaran, risiko, pertentangan dan cabaran hidup.

Demi “keamanan” dan jangan sampai kehilangan kenyamanan hidup yang sudah dimiliki, ia hanya ingin merasakan yang enak saja.

Orang cenderung untuk tidak turun dari “gunung keselesaan” dan turun untuk menjumpai orang-orang yang memerlukan pertolongannya.

Mengapa Tuhan memperlihatkan kemuliaan Yesus hanya kepada tiga murid- Nya, dan tidak kepada semua orang? Transgfigurasi Yesus memberi pelajaran kepada kita, bahawa kehidupan mulia hanya dapat ditempuh dan dicapai melalui kematian dan kebangkitan-Nya.

Petrus, Yakobus dan Yohanes, yang diberi kesempatan melihat kemuliaan Yesus di gunung Tabor tetapi diajak turun dari gunung itu oleh Yesus.

Ertinya “di bawah” merupakan masyarakat yang harus diberitahu, diberi keyakinan, bahawa Yesus adalah Penyelamat kita, yang datang daripada Tuhan.

Lantaran itu, meskipun akan menderita dan mati di gunung Golgota, namun di gunung yang sama, Dia akan bangkit kembali dan dimuliakan, seperti telah dilambangkan di gunung Tabor. --Msgr F.X Hadisumarta O.Carm

Total Comments:0

Name
Email
Comments