Menerima dan menyembuhkan ‘orang-orang buangan’
Setelah mengangkat 20 kardinal baru, Paus Fransiskus mengingatkan mereka bahawa kehormatan sejati ditemui dalam pelayanan, dan mendesak mereka mengikuti Yesus dengan memecahkan cara pemikiran dingin atau kaku serta lebih prihatin dan melayani masyarakat yang dilupai misalnya golongan tua dan orang kurang upaya.
Feb 26, 2015
VATIKAN: Setelah mengangkat 20 kardinal baru, Paus Fransiskus mengingatkan mereka bahawa kehormatan sejati ditemui dalam pelayanan, dan mendesak mereka mengikuti Yesus dengan memecahkan cara pemikiran dingin atau kaku serta lebih prihatin dan melayani masyarakat yang dilupai misalnya golongan tua dan orang kurang upaya.
“Yesus tidak takut dengan kata-kata nista orang! Dia tidak berfikiran tertutup … Dia bertindak di luar pemikiran manusia dan sungguh luar biasa,” ujar Paus Fransiskus pada Feb 15 lalu.
Gereja hendaknya “keluar dan mencari mereka yang jauh, tanpa rasa takut dan tanpa prasangka,” lanjut Bapa Suci.
“Keterbukaan total untuk melayani orang lain adalah ciri khas kita — orang Kristian. Penginjilan sesungguhnya adalah untuk orang-orang yang sudah tidak dipedulikan oleh masyarakat, sebaliknya, kita sebagai Katolik, mengangkat martabat orang-orang tersebut dengan mengakui kredibiliti mereka.”
Paus Fransiskus mengatakan kepada 20 kardinal baru pada Feb 14 , menyusul konsistori dua hari di mana para kardinal dari seluruh dunia berkumpul bersama Paus untuk membahas reformasi Kuria Romawi.Dalam homilinya, Paus Fransiskus fokus pada sikap belas kasihan Yesus dalam Injil, yang diambil dari Markus, di mana Dia menyembuhkan seorang penderita kusta yang mendekati Dia dan meminta “disembuhkan.”
Tambah Bapa Suci Fransiskus, "Dengan menyembuhkan penderita kusta, Yesus tidak hanya menunjukkan sikap belas kasihan, tetapi berusaha untuk mengembalikan dia ke tengah masyarakat."
Meskipun hukum Musa meminggirkan orang kusta atas alasan “menjaga kesihatan,” Yesus menyempurnakan hukum tersebut dengan menyambut dan menyembuhkan penderita kusta yang bukan setakat sihat, tetapi juga menjadikan mereka sebagai sahabat.
“Yesus mengubah mentaliti rasa takut, sempit dan penuh prasangka. Dia tidak menghapuskan hukum Musa, melainkan menyempurnakannya,” kata Paus.
Paus Fransiskus menyatakan bahawa ada dua cara pendekatan iman — pertama, berfikir seperti doktor, yang berusaha bersungguh-sungguh agar tidak kehilangan nyawa pesakit, merawat dan menyembuhkan pesakitnya.
Pendekatan kedua, katanya, berfikir seperti Tuhan, yang merangkul dan menyambut orang yang sakit dengan penuh kasih sayang, dan berusaha mengubah dengan mengembalikan dia ke tengah masyarakat.
Cara Gereja, kata Paus, bukan “mengecam siapa pun, (tetapi) meninggalkan rumah dan pergi mencari orang-orang yang jauh, orang-orang yang hidup di 'pinggiran”.
Prelatus itu menegaskan bahawa cara yang tepat untuk mendekati orang-orang yang dianggap tak tersentuh adalah “bahasa komunikasi yang benar.”
“Berapa banyak penyembuhan kita dapat melakukan jika kita belajar bahasa ini! Kusta, setelah sembuh, menjadi utusan Tuhan,” kata Bapa Suci, dan mendorong para kardinal meneladani Bonda Maria dalam belajar bagaimana untuk merangkul kaum miskin dan mereka yang terbuang dari masyarakat.
Paus mengatakan kepada mereka untuk mencari wajah Yesus Tersalib dalam setiap orang terpinggirkan dan keluar bertemu mereka - tahanan, orang sakit, teraniaya, pengangguran atau mereka yang telah meninggalkan iman.
“Kita tidak akan menemukan Tuhan kecuali kita benar-benar menerima orang terpinggir!’ kata Paus, seraya mengambil contoh Santo Fransiskus dari Assisi, “yang tidak takut untuk memeluk si kusta dan menerima pelbagai macam orang buangan.” -- Ucanews.com
Total Comments:0