Protestan Indonesia terinspirasi bahasa cinta kasih Paus Fransiskus
Umat Protestan Indonesia yang merayakan peringatan Reformasi yang terjadi 500 tahun yang lalu merangkul Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang Pewartaan Injil masa kini dan menyebutnya sebagai dokumen yang dapat secara signifikan membantu memperbaiki hubungan di antara orangorang Kristian di negara-negara yang terluka akibat meningkatnya intoleransi agama.
Nov 10, 2017

JAKARTA: Umat Protestan Indonesia yang merayakan peringatan Reformasi yang terjadi 500 tahun yang lalu merangkul Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang Pewartaan Injil masa kini dan menyebutnya sebagai dokumen yang dapat secara signifikan membantu memperbaiki hubungan di antara orangorang Kristian di negara-negara yang terluka akibat meningkatnya intoleransi agama.
Reformasi Protestan telah bermula pada al 31 Oktober 1517, ketika Martin Luther, seorang imam Jerman mengumumkan 95 tesis tentang kekuasaan dan keampuhan Indulgensi kepada Uskup Agung Mainz di mana beliau mengkritik Gereja Katolik dan kepausan.
Ketika perayaan 500 reformasi di Jakarta pada 31 Oktober lalu bagi memperingati peristiwa tersebut, para pemimpin Protestan Indonesia mengatakan bahawa pesan Sri Paus pada 2013 dalam Seruan Apostoliknya (Apostolic Exhortation) Evangelii Gaudium atau Sukacita Injil, di mana beliau meminta gereja untuk menghindari saling menyalahkan, memiliki erti khusus bagi Indonesia.
“Ajakan daripada Paus Fransiskus dalam dokumen ini sangat relevan, meminta gereja untuk menjauhi sikap menyalahkan dan memfitnah,” kata Rev. Henriette H. Lebang, ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), pada pertemuan 31 Oktober tersebut.
Hampir 100 orang Protestan, Katolik dan Muslim menghadiri acara tersebut. “Saya tersentuh dengan pesan Sri Paus dalam ensiklik dan mereka menginspirasi tema kami untuk perayaan penting ini,” katanya.
Pertama, katanya, adalah ajakan untuk meninggalkan bahasa kecaman dan saling merangkul dalam cinta kasih.
Beliau juga menyoroti kesediaan Paus Fransiskus yang pergi ke Lund, Swedia atas undangan Federasi Lutheran Dunia untuk menghadiri kegiatan pembukaan peringatan ulang tahun reformasi pada 31 Oktober 2016.
“Saya tidak hanya tersentuh tetapi juga tersentuh oleh upaya Sri Paus untuk mendamaikan dan membangun hubungan dengan gereja lain, dan bahkan agamaagama lain,” katanya.
Rev. Henriette mendorong orang-orang Kristian untuk menggunakan momen peringatan 500 tahun untuk membangun perdamaian dan rekonsiliasi di antara gereja-gereja Kristian.
Beliau juga meminta Gereja-gereja Protestan untuk mempertimbangkan untuk mengadopsi tradisi Gereja Katolik untuk berdoa untuk perdamaian dan persatuan di antara orang-orang Kristian setiap minggu ketiga bulan Januari.
“Umat Katolik di Indonesia mengikuti tradisi ini setiap tahun, tetapi tidak di kalangan Gereja Protestan,” katanya.
Fr Antonius Eddy Kristiyanto OFM, pensyarah di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta, mengatakan tidak semua yang dilakukan Martin Luther salah. Luther, katanya, bahkan mendorong reformasi di Gereja Katolik.
“Martin Luther bahkan telah menyelamatkan Gereja Katolik, dan mendorongnya untuk merumuskan kembali ajaran gereja,” katanya. “Itu sebahagian dari sejarah kita. Mari maju dan membentuk kembali hubungan kita, “katanya.
Maria Isnawati, seorang peserta dari Gereja Katolik, mengatakan bahawa agama Kristian di Indonesia menghadapi banyak rintangan yang memerlukan kesatuan gereja.
“Kita harus meningkatkan ekumenisme dan fokus untuk menjadi garam dan cahaya bagi orang lain dan jangan bersikap fanatik terhadap gereja kita,” katanya.--Ucanews.com (dengan izin)
Total Comments:0