Sejarah Hari Raya Besar Kristus Raja

Perayaan Liturgi. Hari Raya ini secara rasmi ditetapkan oleh Paus Pius XI, pada 11 Disember 1925, sebagai akhir perayaan Gubileum pada tahun itu.

Nov 20, 2021

Perayaan Liturgi. Hari Raya ini secara rasmi ditetapkan oleh Paus Pius XI, pada 11 Disember 1925, sebagai akhir perayaan Gubileum pada tahun itu. Menjelang perayaan itu, umat mengadakan sebuah triduum atau tiga hari doa dan permenungan khusus, dengan tujuan memohon kepada Tuhan agar kasih Kristus sungguh merajai manusia, dan agar hati manusia dijauhkan dari berhala-berhala yang menghalangi kasih Kristus yang meraja dalam diri manusia.

Quas Primas: Penetapan Hari Raya ini ditandai dengan sebuah Ensiklik daripada Sri Paus Pius XI yang berjudul Quas Primas (Yang Pertama). Konteks penetapan Hari Raya dan kemunculan Ensiklik ini ialah perlawanan terhadap tendensi ‘sekularimse’ dalam dunia, yang juga menyerang Gereja Katolik waktu itu. Sebuah Ensiklik tidak cukup menyuarakan perlawanan bagi liberalisme. Bagi Sri Paus, sebuah perayaan liturgi, secara perlahan-lahan, adalah efektif mengubah mentaliti umat.

Dengan merayakan perayaan ini dalam ritus liturgi, diharapkan bahawa umat Katolik semakin terpusat pada kekuasaan Kristus. Hanya Kristus lah Raja semesta alam, Awal dan Akhir (bdk Why 21: 16). Di hadapan Pilatus, Yesus menegaskan kekuasaanNya. “Jadi Engkau adalah raja”? Jawab Yesus: “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja” (Yoh 18: 37).

Ad caeli Reginam: Sri Paus Pius XII dalam Ensiklik Ad caeli Reginam (Ratu Surga), 11 Oktober 1954 kembali menegskan kuasa Kristus atas alam semesta. Sebagai Raja, Dia sungguh ilahi dan sungguh insani. Sri Paus Pius XII menekan bahawa kerajaan Kristus bersifat spiritual. Lawan dari kuasa Kristus ialah kuasa jahat: iblis. Kerajaan Kristus tidak dikuatkan dengan senjata, melainkan kasih dan kebenaran.

Para pengikut Kristus Raja ialah orang-orang yang tidak melekat pada harta dunia, melainkan yang berani menyangkal diri dan memikul salib mengikuti raja mereka. Raja itu adalah penguasa kini dan akan datang: Dia akan datang kembali pada akhir zaman untuk mengadili manusia, memisahkan kambing dari domba (Mat 25: 31). Dengan kedatangan yang kedua itu, Raja Kristus akan menyatukan segala ciptaan dalam kausa-Nya. Itulah saatnya langit dan bumi baru tercipta (Why 21: 1).

Oleh sebab itu, selama di dunia pun para pengikut-Nya selalu siap menantikan kedatangan kembali sang raja. Bersama Bonda Maria, Gereja berdoa dan berseru: Maranatha, datanglah Tuhan (bdk. 1Kor 16: 22). Dengan keyakinan itu, Pius XII terus mengecam bentuk baru idolatria yang muncul di Eropah dan Amerika Latin (Mexico): perang, berhala ekonomi, politik kotor, rasisme. — Dr. Andreas B. Atawolo, OFM

Soalan II:Kenapa umat Katolik harus mempunyai nama baptis?
Katekismus Gereja Katolik 2156-2159 menyatakan seseorang yang dibaptis pertama-tama diberikan nama Tuhan yang menguduskan, nama Tritunggal Mahakudus: “dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus” sehingga kemudian seorang mendapat nama baru di dalam Gereja.

Ertinya, dengan pengudusan dari Tuhan, seorang yang mengenakan nama baptis, nama baharu dalam kesatuan Gereja, diharapkan memiliki hidup Krisitiani yang sejati dengan meneladan orang kudus yang dipilih. Oleh itu, Kitab Hukum Kanonik menyatakan bahawa nama baptis yang dipilih jangan sampai nama yang asing dari semangat Kristiani (Bdk. KHK Kan 855).

Sri Paus Fransiskus dalam katekesis tentang pembaptisan yang disampaikan pada 18 April 2018 mengatakan: pemberian nama baptis itu penting kerana “tanpa nama, kita tidak dikenal, tanpa hak dan kewajiban. Tuhan memanggil kita masingmasing dengan nama, mengasihi kita secara individu dalam kenyataan sejarah kita”. Oleh itu, seorang yang menerima nama baptis sebagai orang Katolik memiliki harapan baharu sebagai murid Kristus serta menjadi peribadi yang berupaya membangun hidupnya menyerupai Kristus dalam seluruh tindakan seperti kata Santo Paulus: “namun aku hidup bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup dalam diriku” (Gal 2:20). -- Father Yohanes Benny Suwito. Institut Teologi Yohanes Maria Vianney, Surabaya, hidupkatolik. com

Total Comments:0

Name
Email
Comments