Setiap pohon dikenali dari buahnya
Pembacaan Injil hari Minggu biasa kelapan memberikan gambaran umum tentang – buah-buahan.
Mar 01, 2025

MINGGU BIASA
LAPAN
(TAHUN C)
Sirakh 27: 4 - 7
1 KORINTUS 15: 54-58
Lukas 6: 39 – 45
Pembacaan Injil hari Minggu biasa kelapan memberikan gambaran umum tentang – buah-buahan.
Yesus menyampaikan hikmat dalam kitab Sirakh “pohon itu terlihat dari buahnya”, dan Paulus mengajarkan bahawa kita harus meniru pekerjaan Kristus agar kita dapat menghasilkan buah yang baik.
Pohon melambangkan hati kita, dan buah melambangkan apa yang keluar dari mulut dan tindakan kita. Jadi, tema hari Minggu ini adalah tentang pewartaan kita.
“Mulut berbicara dari kepenuhan hati” — Jika seseorang memiliki hati yang baik, ucapannya adalah cinta, kesabaran, pengertian, toleransi, dan perhatian.
Jika seseorang memiliki hati yang jahat, yang keluar dari mulutnya adalah luka, kebencian, iri hati, marah, gosip, sumpah seranah dan kejahatan.
Orang bijak tahu bila harus berbicara, dan ucapannya benar, baik dan bermanfaat.
Tidak penting berapa banyak pewartaan yang anda berikan, tetapi seberapa baik pewartaan anda! Sama seperti yang pernah diajarkan oleh Sri Paus Yohanes XXIII, “berbicaralah lebih sedikit tetapi isinya baik.”
“Dapatkah orang buta memimpin orang buta lainnya?” jika anda seorang pemimpin/ pembimbing dan anda tidak tahu bagaimana berbicara atau menggunakan kata-kata anda dengan baik untuk memimpin, menyembuhkan dan membetulkan persaudaraan kepada orang lain, anda tidak berbeza dengan orang buta memimpin orang lain.
Lantaran itu, Sri Paus Fransiskus mengundang kita untuk ‘memulihkan persaudaraan’ iaitu memperbaiki kesalahan saudara-saudari kita dengan kasih, kerendahan hati dan kebenaran.
Membetulkan orang lain bukanlah sikap superior di atas orang lain, sebaliknya berjalan bersama, bermula sekali lagi dan mengatasi kesalahan.
Dan ketika membetulkan orang lain, ingatlah bahawa seseorang memiliki kekurangannya masing-masing, yang tidak mudah dilihat atau disedari oleh orang tersebut.
Adalah baik untuk membantu sesama kita dengan nasihat yang bijaksana, terutama ketika menghadapi tantangan dan kesalahan.
Oleh sebab itu, seseorang yang tidak dapat melihat jalan seharusnya tidak membuat orang lain jatuh ke dalam jurang.
Tanyakan pada diri kita sendiri, bagaimana saya berbicara? Adakah dengan cinta atau kebencian?
Apakah saya menilai orang dan tidak segan silu membetulkan orang lain.
Apakah saya melihat kesalahan orang lain tetapi tidak menyedari kekurangan diri sendiri?
Apakah saya seorang pemimpin yang hanya menggunakan posisi saya untuk menilai orang lain dan mengambil keputusan sesuai keinginan saya?
Apakah saya seorang pemimpin/ pembimbing seperti gembala yang baik membawa domba yang hilang atau seperti seorang ayah yang merangkul anak yang hilang?
Apakah saya menyedari bahawa saya adalah orang yang sangat berdosa dan terbatas ketika membetulkan orang lain?
Biarlah kata-kata Sri Paus Fransiskus bergema dalam hati kita bahawa “seorang Kri s t ian dalam komuni t i per lu membetulkan kesilapan dalam persaudaraan, dalam kasih, dalam kebenaran dan dengan kerendahan hati.”
Mari kita dekati masa Pra-Paskah dengan sikap melihat semula hati kita dan menyuburkannya dengan cinta kasih sehingga semuanya memunculkan hal-hal baik lainnya; berhenti menghakimi dan berbuat jahat.
Marilah kita ingat bahawa suatu hari nanti kita akan kembali menjadi debu, tetapi buah-buah kita yang baik tetap ada dan menghasilkan lebih banyak buah dalam kerjasama dengan Kristus.
Biarlah ucapan kita menjadi pemberi semangat bagi orang lain dan biarkan karya kita menjadi kemuliaan Tuhan. --Sr M. Agatha Edwin OP
Total Comments:0