Siapa “murid yang dikasihi” itu?
Pertama, sebutan “murid yang dikasihi” Yesus itu memang baru muncul pada perjamuan malam terakhir (Yoh 13:23).
Jul 01, 2016
Siapakah murid yang dikasihi Yesus? Mengapa sebutan “murid yang dikasihi Yesus” baru muncul pada perjamuan malam terakhir, bukan sejak awal Injil Yohanes? — Christina
Jawaban: Pertama, sebutan “murid yang dikasihi” Yesus itu memang baru muncul pada perjamuan malam terakhir (Yoh 13:23). Tokoh ini tidak pernah disebut pada bahagian pertama Injil Yohanes yang melukiskan pelayanan Yesus di hadapan umum.
Seringkali tokoh ini juga disebut “murid yang lain” (Yoh 18:15-16; 20:4.8). Ketika Yesus disalibkan, sebutan “murid yang dikasihi” itu muncul kembali (Yoh 19:26), demikian pula pada akhir Injil Yohanes (20:2; 21:20). Kemudian pada akhir Injil Yohanes kita menemukan jatidiri murid itu, iaitu “yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya ...” (Yoh 21:24).
Jadi, yang dimaksud tak lain ialah rasul Yohanes, penulis Injil. Penggunaan sebutan ini dapat difahami sebagai bentuk kerendah hati Yohanes, anak Zebedeus, untuk merujuk kepada dirinya sendiri tanpa menonjolkan diri. Dengan tidak menonjolkan namanya, penulis Injil tampak hendak menonjolkan kehadiran rasul lain yang lebih penting, iaitu Petrus (bdk. Yoh 20:1-10; 21: 20-24).
Kedua, menarik kalau kita cermati peristiwaperistiwa pada akhir Injil Yohanes, bahawa“murid yang dikasihi” muncul bersamaan dengan Petrus yang adalah pemimpin pertama Gereja Kristus. Pada perjamuan malam terakhir, rasul Petrus meminta kepada murid itu untuk bertanya kepada Yesus (13:23-24).
Di halaman istana Imam Agung, murid yang lain ini bersama Simon Petrus masuk mengikuti Yesus (18:15-16). Juga ketika mengunjungi makam Yesus, murid yang lain ini berlari bersama Petrus. Meskipun dia tiba di makam terlebih dahulu, dia tidak masuk. Justeru yang masuk terlebih dahulu ialah Petrus.
Meskipun murid yang lain ini masuk kemudian, dan setelah melihat kain yang tergulung, justeru dialah menjadi yang pertama yang percaya kebangkitan Kristus (20:1-10). Demikian pula di pantai Danau Tiberias, murid yang dikasihi Yesus itulah yang pertama mengenali Yesus dan memberitahu Petrus (21:20-24).
Akhir Injil Yohanes juga menampilkan dialog Yesus yang menanyai Petrus tiga kali tentang cintanya (21:15-19) dan langsung disusul dengan komentar tentang “murid yang dikasihi” (21:2023).
Kemunculan bersama antara Petrus dan “murid yang dikasihi” dapat ditafsirkan sebagai kerendahan hati penulis Injil Yohanes untuk berada di latar belakang dan mendahulukan atau menghadapankan Petrus sebagai rasul yang diberi wewenang untuk menjadi Pemimpin Gereja. Seolah hendak dikatakan, pembaca Injil tidak
perlu mengetahui siapa “murid yang dikasihi” itu. Ketiga, dialog pada akhir Injil Yohanes membuka erti baru tentang siapa yang dimaksud “murid yang dikasihi”.
Petrus, yang baru saja diberi tugas penggembalaan, dan bahkan Yesus sendiri, mengarahkan perhatian pada “murid yang dikasihi”. Tokoh inilah yang menjadi pusat perhatian. Hal ini seolah hendak mengatakan, menjadi murid yang dikasihi Yesus pada akhirnya lebih penting daripada pemegang kekuasaan dalam jemaah. Jika Petrus unggul dalam tugas kegembalaan, maka murid ini unggul dalam relasi kasih dengan Yesus.
Jika dimengerti demikian, murid yang dikasihi Yesus itu merujuk pada model murid yang sempurna, iaitu yang mengasihi Yesus dan dikasihi oleh Yesus.
Meskipun tidak diberi tugas untuk menggembala domba-domba, murid-murid ini sangat dikasihi Yesus kerana mereka mengasihi-Nya dan menuruti perintah-perintah-Nya. Maka, “murid yang dikasihi” mewakili semua murid Yesus.
Jika perkataan terakhir Yesus dalam Injil Matius (28:20) ialah bahawa Dia akan menyertai kita sampai akhir zaman, maka akhir Injil Yohanes menyatakan pemberian jaminan bahawa murid-murid yang dikasihi Yesus akan tinggal tetap sampai Yesus datang kembali (Yoh 21:22).--Fr RP Petrus Maria Handoko CM, hidupkatolik.com
Total Comments:0