Apakah Yudas mendapat kebahagiaan sejati?

Apakah Yudas mendapat kebahagiaan sejati?

Nov 23, 2018

Soalan: Father, Yudas Iskariot adalah salah seorang murid yang mengkhianati Yesus. Pada akhirnya Yudas memutuskan untuk bunuh diri. Apakah dia akan mendapatkan kebahagiaan abadi? — Rafael

Jawaban: Yudas sejak awal, bahkan dalam kisah penetapan para rasul, sudah digambarkan sebagai pengkhianat (lih Mat 10:4; Mrk 3:19; Luk 6:16). Gambaran ini menunjukkan bahawa para penginjil, betapapun mengakui dia berada dalam bilangan atau kumpulan para rasul yang ditetapkan Yesus, namun akhirnya gagal menghayati dan menjalani rahmat dan tugas sebagai rasul Yesus.

Dialah yang membawa orang untuk menangkap Yesus.Dia sebenarnya sudah diperingatkan akan hal ini oleh Yesus (lih Mat26:21-26; Mrk 14:18-21; Yoh 13:21-30 ). Dalam Injil Lukas saat peristiwa perjamuan malam, Yesus mengatakan tentang hal ini, “Celakalah orang yang yang olehnya Dia diserahkan” (Luk 22:22) atau dalam bahasa Yohanes dikatakan, “kerasukan iblis (lih Yoh 13:27).

Penginjil Matius ketika menulis tentang kisah kematian Yudas Iskariot mengatakan bahawa dia menyesal setelah Yesus dijatuhi hukuman mati, dan mengaku diri telah berdosa, maka, oleh kerana itu, dia memilih untuk menggantungkan diri (lih Mat 27:3-5).

Dalam Kisah para rasul Petrus, pemimpin para rasul, menggambarkan kisah kematian Yudas dengan mengatakan, “Yudas ini telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu dia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah keluar” (Kis 1:18). Panggilan suci sebagai rasul diakhiri dengan kisah tragis, yang tidak sahaja tidak sesuai malah menodai keluhuran martabat rasul.

Paparan Kitab Suci ini menunjukkan gambaran negatif tentang Yudas Iskariot. Dia adalah rasul yang gagal dalam menjawab panggilan Tuhan. Memang para rasul lainnya pun mempunyai kegagalan, seperti Petrus yang akhirnya menyangkal Yesus. Kegagalan para rasul lain adalah cermin dari kerapuhan dan kelemahan manusia dalam diri mereka. Mereka gagal memahami serta mengenal rencana Tuhan, namun mereka kembali, menyesal dan menangis, seperti Petrus yang menangis setelah mendengar ayam berkokok (lih Mat 26;75; Mrk 14:72; Luk 22:62). Yudas digambarkan hanya menyesal, namun lalu menggantung diri. Dia tidak berusaha untuk kembali, malahan semakin menjauh dari belaskasih Tuhan, Dapat dikatakan dari sini, Yudas menolak Tuhan.

Dengan memilih untuk “pergi-menjauh dan bunuh diri”, Yudas menolak rahmat pengampunan. Dia tidak datang dan memberikan diri kepada Tuhan dalam pertobatan, namun memutuskan sendiri hidupnya, dengan mengakhiri hidupnya sendiri. Manusia bukanlah pemilik kehidupan, maka dia tidak dapat memutuskan sendiri atas hidupnya sendiri.

Katekismus Gereja Katolik menjelaskan bahawa perbuatan bunuh diri merupakan pelanggaran berat, terhadap diri, melanggar cinta kepada sesama dan bertentangan dengan cinta kepada Tuhan yang hidup (no 2281). Yudas menolak kehidupan, menyangkal cinta Tuhan.

Lalu jika kita mengatakan kerana adanya Yudas, maka terjadilah penyaliban, berlangsunglah tindak penyelamatan; tanpa dia tidak mungkin akan ada wafat dan kebangkitan Tuhan. Apakah kerana ini dia berjasa? Realiti penyaliban berbicara tentang kenyataan kedosaan. Sosok Yudas berbicara tentang manusia yang menolak Tuhan, manusia yang menolak keselamatan kasih Tuhan. Dia bukan orang yang berjasa dalam karya keselamatan, sebab dia menolak keselamatan tersebut.

Yudas Iskariot, kerananya, menjadi figura di mana dosa berkuasa, kerana dia membiarkan diri dituntun oleh Syaitan, sebab memang kematian Yesus adalah akibat dan kerana ada dosa. Di sini peranan yang dimainkan oleh Yudas ialah menunjukkan bagaimana kedosaan membutakan dirinya, yang menjadikan rahmat panggilan rasul tidak hidup dalam dirinya. Rahmat disangkal, sehingga pemberian rahmat ditolak, hingga pada kematian salib. Keselamatan tidak diterimanya apatah lagi disyukuri, namun disangkalnya. Benar, kematian Yesus adalah untuk menebus hutang dosa. Akan tetapi tindakan penebusan tersebut bukan sahaja ditandai dengan kematian, namun kebangkitan iaitu Dia menang atas maut, menang atas dosa. Kebangkitan berbicara tentang kehidupan.

Namun Yudas telah memilih kematian, bukan kehidupan. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahawa Yudas tidak masuk ke dalam kebahagiaan abadi, sebab dia telah menyangkal dan menolaknya. Yudas menolak Tuhan dan tawaran keselamatan kasih-Nya. — Fr T. Krispurwana Cahyadi SJ, HidupKatolik.com

Total Comments:0

Name
Email
Comments