Bukan Katolik rasai tebalnya semangat sukacita, solidariti kunjungan Bapa Suci ke Thailand

Kunjungan apostolik Sri Paus Fransiskus ke Thailand dipersiapkan dengan seteliti mungkin.

Dec 01, 2019

BANGKOK: Kunjungan apostolik Sri Paus Fransiskus ke Thailand dipersiapkan dengan seteliti mungkin. Salah seorang tim pekerja yang turut sama membantu persiapan itu ialah Kritsanachon Janopol, seorang mahasiswa undang-undang.

Kritsanachon seorang penganut Buddha namun telah tertarik pada Katolik dalam beberapa tahun terakhir, tersentuh dengan pesan-pesan harapan dan keselamatan Kristiani. Mahasiswa itu sedang mempertimbangkan untuk memeluk agama Katolik.

“Kebanyakan orang Thailand yang beragama Buddha tidak tahu banyak tentang agama Kristia,” jelasnya. “Kunjungan Bapa Suci adalah kesempatan bagus untuk mempopularkan agama Katolik dan Kristian di Thailand.”

Seorang wanita, Kanokwan Sutatan, yang menghadiri Mia Kudus bersama Sri Paus Fransiskus di Stadium Sukan di Bangkok di mana Santo Sri Paus Yohanes Paulus II juga pernah memimpin Misa di situ pada tahun 1984 berkata, “Saya ada di sini untuk Misa Kudus 35 tahun yang lalu. Saya sangat bersyukur dan gembira kerana berkesempatan sekali lagi merayakan Misa dengan seorang Sri Paus.”

Kanokwan mengatakan dia masih sangat  ingat kunjungan Sri Paus Yohanes Paulus II kerana kesannya terhadap umat Katolik setempat.

“Beberapa mukjizat telah terjadi,” ujar beliau. “Beberapa orang sakit menghadiri Misa di stadium ini, tetapi ketika Bapa Suci memberkati mereka, kesihatan mereka menjadi lebih baik. Saya percaya mukjizat serupa terjadi pada kunjungan apostolik Sri Paus Fransiskus,” katanya.

Kanokwan adalah salah seorang dari sekitar 380,000 umat Katolik Thailand yang merupakan minoriti di negara berpenduduk majoriti beragama Buddha dengan populasi 69 juta orang.

“Kami sedikit jumlahnya tetapi kuat dalam roh,” kata Kanokwan. “Kehadiran  Bapa Suci di Thailand akan semakin menguatkan ramai umat Katolik dalam iman mereka.”

Father Somkiat Trinikorn, Vikjen Keuskupan Agung Bangkok menyatakan kunjungan Sri Paus Fransiskus ke negara Gajah Putih itu telah meningkatkan citra agama Katolik di negara Buddha itu dan menginspirasi umat Katolik setempat untuk melakukan hal-hal yang baik.

“Kita harus menjadi cahaya harapan dan cinta sesuai dengan ajaran Yesus. Itulah misi kami sebagai umat Katolik di Thailand,” kata Fr Somkiat.

“Orang Thailand pada dasarnya adalah penganut Buddha kerana budaya Buddha yang dominan di sini. Umat Buddha adalah  orang yang damai dan toleran dan kami ada di sini bukan untuk berusaha mengubah agama mereka,” kata imam itu.

“Kami ada di sini untuk bersaksi tentang pesan dan semangat kekristianan dengan perbuatan baik kami. Dikatakan dalam Injil Matius: ‘Biarkan terangmu bersinar di depan orang lain sehingga mereka dapat melihat perbuatan baikmu dan memuliakan Bapamu di syurga.’”

Agama Katolik pertama kali hadir di Thailand pada pertengahan abad ke-16, di bawah oleh para pedagang dan misionari Portugis. Meskipun pada awal abad ke-17, agama Katolik memperoleh pijakan yang lebih kuat di Thailand, agama ini mendapat relatif sedikit penganut baru di kalangan umat Buddha Thailand.

Keadaan demikian umumnya bertahan hingga kini. Sebahagian besar umat Katolik Thailand adalah keturunan Cina di Bangkok atau etnik minoriti yang tinggal di daerah pergunungan di negara itu, yang berada di antara Myanmar dan Laos. Selama berabad-abad, umat Katolik bebas mempraktikkan iman mereka di Thailand tanpa gangguan disebabkan oleh penganut agama majoriti di negara itu yang begitu toleran dan Kunjungan Bapa Suci adalah buktinya. -- katoliknews

Total Comments:0

Name
Email
Comments