Keselesaan yang sukar untuk ditinggalkan

Hari ini kita mendengarkan Injil Lukas tentang Transfigurasi Yesus, atau penampakan Yesus yang dimuliakan, di gunung Tabor.

Feb 19, 2016

HARI MINGGU PRA-PASKAH II
TAHUN C
KEJADIAN 15:5-12.17-18
FILIPI 3:17-4:1
INJIL LUKAS 9:28B-36

Hari ini kita mendengarkan Injil Lukas tentang Transfigurasi Yesus, atau penampakan Yesus yang dimuliakan, di gunung Tabor.

Sebelum ceritera tentang kemuliaan Yesus ini Lukas dalam Injilnya juga menulis: “Yesus berkata, “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga” (Luk 9:22). Selain itu, perlu kita ketahui, bahawa Lukas memulai ceritera Injil untuk hari ini (Luk 9:28b-36) dengan katakata berikut: “Kira-kira delapan hari sesudah segala pengajaran itu Yesus membawa Petrus, Yohannes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung untuk berdoa”. Mengapa?

Kerana dalam petikan Injil Lukas sebelumnya (ay.22-27) Yesus mengajarkan kepada para murid-nya, bahawa Dia harus menanggung penderitaan, ditolak oleh pimpinan keagamaan, bahkan akan dibunuh, namun bangkit lagi pada hari ketiga. Ajaran yang luarbiasa ini sukar difahami, maka ada tiga murid diajak naik ke atas gunung untuk berdoa. Di atas gunung itulah mereka akan melihat transfigurasi diri- Nya. Suatu perubahan yang akan dialami oleh Sang Penebus: penderitaan dan kematian membawa Yesus sebagai Penebus kepada kemuliaan- Nya.

Sejak dalam Perjanjian Lama peristiwa atau momen-momen yang penting, besar dan mulia berlangsung di gunung-gunung tinggi. Misalnya Yahwe berbicara kepada Musa di Gunung Sinai. Elias disapa Yahwe di gunung juga. Juga dalam Perjanjian Baru: Yesus pergi dan naik ke gunung untuk berdoa (Luk 6:12; 22:39-41).

Dalam Minggu Pra-Paskah pertama, kita melihat Yesus selama 40 hari di padang gurun dan mengalami godaan. Tetapi hari ini kita diajak melihat Yesus dalam kemuliaan-Nya. Kita jangan lupa bahawa di samping Tabor masih ada gunung atau bukit lain, yang bukan menunjukan kemegahan dan kemuliaan, melainkan kehinaan yang dialami Yesus, iaitu gunung Golgota!

Dalam Injil hari ini Lukas menunjukkan kepada kita, bagaimana Yesus mendidik dan menyiapkan muridmurid- Nya, agar supaya dapat menjadi pengikut-pengikut-Nya yang benar dan setia! Seperti terbukti sampai akhir hidup-Nya, murid-murid Yesus masih belum memiliki gambaran tentang Almasih yang sebenarnya. Almasih tetap digambarkan mengikut gambaran secara manusiawi. Almasih dilukiskan sebagai Raja yang berkuasa, megah istananya, mendatangkan kemakmuran bagi rakyatnya.

Mereka belum dapat memahami kata-kata Yesus ini, “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak...lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.- Setiap orang yang mau mengikut Aku, Dia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk 9:22-23). Kerana itu mereka (meskipun hanya tiga orang) diajak Yesus naik ke gunung Tabor, agar tahu bahawa di manapun dan dalam keadaan apapun Tuhan selalu hadir! Meskipun ada rintangan dan godaan bagi Yesus di padang gurun, akhirnya ada kemuliaan juga bagi-Nya di gunung Tabor.

Pengalaman Yesus adalah teladan bagi kita. “Masa Puasa hidup kita”, bukan hanya Masa Puasa liturgis 40 hari! Hidup kita adalah masa penuh godaan dan cabaran, dan harus kita hadapi dengan penuh harapan.Tetapi juga untuk membawa kita kepada gunung kebahagiaan.

Keinginan Petrus untuk tetap tinggal dalam “keadaan enak” di gunung Tabor itu merupakan suatu contoh keinginan manusia untuk tetap merasakan yang “enak”, nyaman, memuaskan, menyenangkan. Manusia selalu cenderung untuk tetap berada di kedudukan yang selesa. Demi “keamanan” manusia tidak akan mahu kehilangan keenakan hidup yang sudah dimiliki. Orang cenderung untuk tidak turun dari gunung kenyamanan dan turun untuk menjumpai orang-orang yang memerlukan pertolongannya.

Mengapa Tuhan mengajak beberapa orang murid-Nya naik gunung Tabor untuk berdoa? Hanya dengan berdoa manusia dapat lebih dekat dengan Tuhan. Lebih mampu memahami kehendak-Nya, yang harus dilakukannya. Mengapa kemuliaan Yesus di Tabor tidak dijauhkan dari kehinaan- Nya di salib di Golgota? Transgfigurasi Yesus memberi pelajaran kepada kita, bahwa kehidupan mulia hanya dapat dicapai melalui kematian. - Petrus, Yakobus dan Yohanes, yang diberi kesempatan melihat kemuliaan Yesus di gunung Tabor diajak turun lagi dari gunung itu ke bawah memasuki masyarakat mereka. Di sana masih banyak orang yang harus diberitahu, diberi keyakinan, bahwa Yesus adalah sungguh Sang Penyelamat , yang datang daripada Bapa Syurgawi.

Oleh itu, meskipun Dia akan menderita dan mati di gunung Golgota, namun di gunung yang sama Dia akan bangkit kembali dan dimuliakan, seperti telah dilambangkan dalam peristiwa transfigurasi-Nya di gunung Tabor.

Dalam merayakan Misa pada hari ini, Injil Lukas hari ini mengandungi makna renungan yang sangat berharga bagi kita. Kasih Tuhan kepada kita manusia terungkap dalam ajaran dan hidup Yesus: perhatian dan keprihatinan kepada orang lain, ditolak oleh masyarakat, dan menderita bahkan mati di salib. Namun juga kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga, dilengkapi dengan pengiriman Roh-Nya kepada segenap murid-Nya. Akhirnya Yesus Kristus, Putera Tuhan, yang telah datang bagi kita, ingin tetap hadir dan berada di tengah-tengah kita, khususnya dalam Ekaristi.

Pemberian diri-Nya secara total dalam Ekaristi bukan hanya kita terima dalam perayaan Ekaristi.

Kehadiran-Nya wujud dalam Hosti Suci yang bertakhta di tabernakel atau di atas altar untuk kita hormati dan kita muliakan. – Apa yang diceriterakan dalam Injil Lukas hari ini tentang peristiwa di gunung Tabor, dan katakata Yesus tentang apa yang harus dan telah dialami-Nya di Yerusalem sebagai Penebus, yaitu penderitaan, kematian, kebangkitan dan kemuliaan-Nya, - itulah yang harus menjiwai hati kita dalam mengadakan adorasi kepada Sakramen Mahakudus. -- Msgr. FX. Hadisumarta O.Carm

Total Comments:0

Name
Email
Comments