Klerus dan umat awam Katolik lawan politik sektarian

Sekumpulan awam Katolik Indonesia terus berusaha memastikan pilihan raya pada Jun datang dan pemilihan presiden tahun depan tidak dirosakkan oleh politik sektarian seperti yang terjadi dalam kempen pemilihan gabenor Jakarta tahun lalu.

May 18, 2018

JAKARTA: Sekumpulan awam Katolik Indonesia terus berusaha memastikan pilihan raya pada Jun datang dan pemilihan presiden tahun depan tidak dirosakkan oleh politik sektarian seperti yang terjadi dalam kempen pemilihan gabenor Jakarta tahun lalu.

Dalam pertemuan nasional tiga hari di Jakarta yang berakhir pada 1 Mei, Vox Point, sebuah organisasi awam Katolik yang terlibat dalam kegiatan sosiopolitik, membahas sikap apa yang harus diambil oleh umat Katolik di tengah iklim politik yang semakin pahit, di mana ramai orang berpotensi mencipta perpecahan masyarakat Indonesia yang majmuk itu.

Kumpulan awam Katolik lainnya - Pemuda Katolik - diharapkan membahas masalah yang sama pada pertemuan di Bali pada akhir Mei nanti.

Pertemuan Vox Point, yang juga dihadiri oleh enam orang uskup dan beberapa pegawai pemerintah, berakhir dengan mempertegas kembali komitmen organisasi ini "menjalankan politik martabat" dan bekerja sama dengan orang lain termasuk kumpulan antara agama dalam memerangi sektarianisme.

“Kami dengan tegas menolak kempen hitam yang secara negatif menargetkan agama, ras dan etnik dan menggunakan kebohongan dan penganiayaan,” demikian pernyataan sikap kumpulan ini.

“Kami akan menyokong polisi, militer, pemerintah daerah dan badan-badan menegakkan hukum dengan tegas terhadap mereka yang ingin menghancurkan Pancasila,” tambahnya.

Kumpulan ini juga menyeru kepada ahli politik Katolik meningkatkan integriti, menunjukkan kompetensi dan menjunjung nilai-nilai Katolik.

Mgsr Ignatius Suharyo, ketua Konferensi para Uskup Indonesia, menyokong pendirian Vox Point, mengatakan masalah sektarian merupakan cabaran nyata yang dapat merosakkan kemajmukan Indonesia.

“Namun, kita harus berusaha terus menerus dan mengambil langkah konkrit menjaga semangat persaudaraan tetap utuh,” katanya. “Umat Katolik harus aktif dalam upaya ini.”

Lucius Karus, pengamat politik dari FORMAPPI, yang membentangkan pandangan suramnya hingga menjelang pemilu 2019, mengatakan politik kemungkinan besar akan menggunakan sektarianisme sebagai sarana menjulang banyak suara.

Beliau mengatakan dua faktor akan memicu ini. “Kandidat percaya pemilih dapat dengan mudah dimanipulasi oleh taktik seperti itu, dan tidak ada tindakan tegas yang akan diambil terhadap mereka jika mereka melakukannya,” katanya.

Lidya Natalia Sartono, calon yang akan bertarung dalam pilihan raya di wilayah Kalimantan Barat, mengatakan dia bertekad menghindari politik sektarian.

“Komitmen yang sama tentu diharapkan dari semua kandidat,” katanya “Penting sekali bahawa kita semua bekerja mendidik pemilih agar tidak mudah terprovokasi oleh mereka yang menggunakan isu sektarian semasa pilihan raya,” ujarnya. — ucanews.com (digunakan dengan izin)

Total Comments:0

Name
Email
Comments