Orang Afrika pertama raih hadiah Ratzinger, aktif berdialog dengan budaya

Nov 14, 2019

TAKTHA SUCI: Meskipun pemenang Ratzinger Prize 2019 datang dari pelbagai benua dan latar belakang budaya, mereka mengajarkan bahawa teologi harus "berada dan tetap dalam dialog aktif dengan budaya,dan selalu mencari jalan menuju Tuhan dan perjumpaan dengan Kristus.

Sri Paus Fransiskus membuat pernyataan itu saat menganugerahkan Ratzinger Prize 2019 dalam upacara di Vatikan, 9 November 2019. Penghargaan Ratzinger yang diberikan oleh Yayasan Joseph Ratzinger-Benedict XVI Vatikan itu dimulai tahun 2011 untuk mengiktiraf karya para sarjana yang memberi sumbangan bermakna dalam teologi dan dalam semangat  Kardinal Joseph Ratzinger dari Jerman, yang menjadi Sri Paus Benediktus XVI dan kemudian Sri Paus Emeritus sejak Februari 2013.

Charles Margrave Taylor, ahli falsafah Katolik dari Kanada dan profesor emeritus di Universiti McGill, mendapat kehormatan kerana  analisis mendalam tentang fenomena sekularisasi. Seorang lagi penerima anugerah ini, Pastor Paul Bere SJ dari Burkina Faso, cendekiawan Kitab Suci yang terkenal, menjadi orang Afrika pertama yang memenangkan Hadiah Ratzinger.

Secara khusus imam itu dikenal kerana karyanya tentang tokoh alkitabiah Joshua, yang, menurut imam itu sebagai sumber inspirasi bagi Gereja di Afrika.

Dalam penganugerahan hadiah itu, Sri Paus menunjukkan bahawa adalah "kewajiban bagi teologi untuk tetap berdialog dengan budayabudaya, meskipun budayabudaya berubah dari waktu ke waktu dan berbeza perkembangannya di pelbagai bahagian dunia.

Suasana itu, menurut Sri Paus, juga diperlukan untuk memperkasa iman Kristian, untuk misi evangelisasi Gereja. Dari perspektif ini, kata Sri Paus, Taylor dan Pastor Bere telah memberikan sumbangan penting. -- media