Paderi, biarawati diusir oleh tentera etnik Myanmar

Sekumpulan paderi Katolik dan guru diusir dari Shan, sebuah negeri di utara Myanmar, oleh tentara etnik minoriti yang disokong oleh China.

Oct 05, 2018

YANGON, Myanmar: Sekumpulan paderi Katolik dan guru diusir dari Shan, sebuah negeri di utara Myanmar, oleh tentara etnik minoriti yang disokong oleh China.

Seorang paderi Katolik mengatakan kepada ucanews.com bahawa seorang imam Salesian, lima orang biarawati dari konggregasi Missionari Santo Paulus dan enam orang guru awam diperintahkan oleh Tentera United Wa State (UWSA) untuk meninggalkan wilayah utara wilayah Wa yang bersempadan dengan China.

“Kanak-kanak dan masyarakat setempat sangat kecewa dengan pengusiran para imam, biarawati dan guru,” kata imam yang meminta namanya tidak siarkan.

Ordo Salesian and kongregasi Missionari Santo Paulus memberikan layanan pendidikan dan rawatan kesihatan kepada orang-orang di daerah terpencil.

Tidak ada gereja Katolik di daerah itu dan para imam merayakan Misa di tempat tinggal mereka.

Pengusiran itu tercetus apabila UWSA — yang merupakan cabang Parti Komunis Burma — menjadikannya kempen untuk menghancurkan gereja-gereja yang tidak sah, menahan para pendeta dan menutup sekolah-sekolah agama di wilayah Wa, di negeri Shan sejak 13 September.

Beberapa orang pendeta dan guru dari gereja Baptis juga telah ditahan oleh UWSA. Semua sekolah Baptis juga telah ditutup.

Imam itu mengatakan pengepungan berlaku di Mong Mao, kota kedua terbesar selepas Wa, kelihatan semakin memburuk di mana tentera UWSA dalam proses memeriksa semua gereja, sekolah dan biara.

Para pejabat Gereja Katolik di Myanmar berencana mengirim surat ke kantor penghubung UWSA di Lashio, Negara Bagian Shan. Surat itu akan menjelaskan program pendidikan dan perawatan kesihatan Gereja Katolik di wilayah Wa, yang telah berlangsung selama hampir 30 tahun.

Pejabat Wa yang pertama kali mengundang gereja ke wilayah itu dan para Salesian yang antara yang pertama menjawab panggilan itu, kata imam itu.

Keuskupan Lashio yang mencakup wilayah Wa merancang untuk menulis surat kepada pejabat UWSA di Lashio, Shan. Surat itu mejelaskan mengenai pendidikan dan pelayanan kesihatan yang dijalankan oleh Gereja di wilayah itu, yang telah berlangsung selama 30 tahun.

Para pemimpin UWSA telah memerintahkan pasukan dan administratornya untuk memantau apa yang misionaris lakukan di wilayah Wa.

Mereka juga menyatakan bahawa semua gereja yang dibangun setelah tahun 1992 telah dibangun secara tidak sah dan akan dihancurkan. Hanya gereja-gereja yang dibangun antara 1989 dan 1992 dianggap sah.

UWSA juga telah melarang pembangunan gereja-gereja baru dan mengharuskan para imam dan pekerja di gereja-gereja tempatan, bukan asing.

Mereka juga melarang pengajaran agama di sekolah-sekolah di wilayah Wa malah anggota UWSA sendiri dilarang menjadi anggota organisasi keagamaan. — ucanews.com

Total Comments:0

Name
Email
Comments