Sri Paus dalam Misa: Bersaksi, bertanya, bersungut

Sri Paus dalam Misa: Bersaksi, bertanya, bersungut

Nov 23, 2018

VATIKAN: Bersaksi, bersungut, bertanya. Itulah tiga kata yang ditekankan Paus Fransiskus dalam homili Misa pagi di Casa Santa Marta pada hari Khamis, 8 November 2018.

Paus merenungkan Injil Luk 15: 1-19, yang dimulai dengan kesaksian Yesus: di mana pemungut cukai dan orangorang berdosa datang kepada- Nya dan mendengarkan Dia, dan Dia makan bersama mereka.

Maka, kata pertama, adalah “kesaksian” Yesus, kerana Dia melakukan sesuatu yang baru pada ketika itu. Pada zaman Yesus, orang ramai tidak mahu bergaul dengan pendosa atau pesakit kerana ini boleh menyebabkan mereka “najis”. Menurut Paus Fransiskus, memberi kesaksian bukan perkara mudah malah sering dibayar dengan kemartiran . Memberi kesaksian adalah melanggar kebiasaan, mengubah sesuatu untuk lebih baik. Untuk alasan ini, Gereja maju melalui kesaksian. Apa yang menarik dari kesaksian ialah bukan kata-kata sebaliknya belas kasihan Tuhan yang begitu menyerlah.

Para ahli Taurat ini, tidak pernah mengerti kata-kata Yesus iaitu, “Aku menginginkan belas kasihan dan bukan pengorbanan." Mereka telah membaca tentang belas kasihan, tetapi mereka tidak mengerti apa itu. Kenyataannya, kata Paus Fransiskus, kesaksian Yesus menyebabkan orang-orang menggerutu. Orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, para ahli hukum mengeluh tentang Dia dan menyatakan kata-kata negatif tentang sikap Yesus yang menerima pendosa dan pesakit.

Dosa mengeluh tentang orang lain adalah bahagian dari kehidupan sehari-hari manusia. Dalam kehidupan kita sendiri, kita dapat menemukan diri kita bersungutsungut tetapi lambat untuk menyelesaikan situasi konflik kerana tidak berani berbicara jelas.”

Dan begitulah yang terjadi, kata Sri Paus, bahkan di lingkungan tetangga dan paroki kita. “Sering terjadi umat bersungut-sungut di paroki misalnya ada orang yang tidak disukai, maka sungut-sungutan mulai kedengaran.

Yesus tahu ini, kata Sri Paus, tetapi Tuhan itu baik, dan “bukannya mengutuk mereka yang menggerutu,” Dalam pertanyaan Dia menggunakan metode yang digunakan oleh ahli-ahli Taurat. Ahli-ahli Taurat mengajukan pertanyaan dengan niat jahat, untuk menguji Yesus, “untuk membuat Dia jatuh.” Misalnya, saat mereka bertanya kepada-Nya tentang membayar pajak, atau tentang perceraian. Dengan bijak, Yesus juga membalas pertanyaan mereka dengan sebuah lagi pertanyaan seperti yang tertulis dalam Injl. Dan tidak seorang pun dari mereka berkata, 'Ya, itu benar,' tetapi mereka semua berkata, ‘Tidak, tidak, saya tidak akan melakukannya’. Dan kerana alasan ini mereka tidak dapat memaafkan dan berbelas kasihan.

Paus Fransiskus kemudian menambah kata lain: sukacita, pesta, yang orang-orang ini tidak tahu: “Semua orang yang mengikuti jalan para ahli Taurat, tidak mengetahui sukacita Injil,” kata Sri Paus. Dan Sri Paus mengakhiri dengan doa, “Agar Tuhan membuat kita memahami logika Injil ini, berbeza dengan logika dunia.” — CNS

Total Comments:0

Name
Email
Comments