Anggota keselamatan membunuh musuh

Gereja tentu tidak naif dengan realiti nyata kehidupan dunia ini. Acapkali terjadi konflik, bahkan juga perang.

Nov 14, 2019

Soalan: Saya melihat penjaga keamanan negara seperti polis dan tentera, dalam mengemban tugas negara , ada kalanya mereka harus berperang dan membunuh musuh.  Bagaimana pandangan Gereja Katolik soal ini, khususnya Yesus bersabda, “Kasihilah musuhmu”? — Willie
Jawaban: Gereja tentu tidak naif dengan realiti nyata kehidupan dunia ini. Acapkali terjadi konflik, bahkan juga perang.

Perang memang tidak dikehendaki, namun adakalanya tidak dapat dihindari. Ia berpunca dari kedosaan manusia. Prinsip dasar Gereja adalah senantiasa berusaha mencari jalanjalan perdamaian, namun hal in tidak mudah.

Perdamaian memerlukan kesabaran dan ketekunan akan tetapi ramai orang tidak tahan, lalu terjebak lagi dalam kekerasan senjata.

Perdamaian bagi Gereja bukan tidak ada perang. Namun juga memuat usaha untuk menjaga keseimbangan kekuasaan mahupun situasi sosial, politik ataupun ekonomi.
Oleh kerana itu, adanya ketidakadilan, penindasan ataupun diskrimi nasi merupakan hambatan bagi perdamaian. Perdamaian tidak ada jika kesejahteraan peribadi, penghormatan akan hak-hak asasi manusia tidak dijamin, demikian Vatikan II dalam Gaudium et Spes (GS 78). Maka kita kenal Paus Yohanes Paulus II, bahkan kini Sri Paus Fransiskus, sangat keras menyuarakan seruan untuk menghindari perang. Perang adalah kekalahan kemanusiaan, serta  menghasilkan korban lebih-lebih , terlebih mereka yang lemah, miskin dan tidak berdaya, terutama anak-anak dan kaum perempuan, demikian kata Sri Paus Fransiskus.

Jika terjadinya peperangan, Gereja harus berusaha menghindari kesan buruk keganasan perang.

Alasan yang paling mungkin adalah alasan pembelaan diri, setelah berbagai upaya untuk menghindarinya sudah secara maksimal diupayakan namun tidak berhasil. Akan tetapi Katekismus Gereja Katolik menyebutkan syarat-syaratnya secara ketat: kerugian akibat serangan pihak lain sangat berat dan berlangsung lama, ada harapan akan keberhasilan, penggunaan senjata di dalamnya diharapkan tidak mendatangkan  kerugian dan kekacauan yang lebih buruk (Kat 2243.2309).

Dari sini kita dapat melihat bahawa penggunaan senjata memiliki batasan yang ketat, jangan sampai digunakan sekadar demi kepentingan militer atau politik. Maka Gereja menentang keras persaingan senjata dan perlucutan senjata perusak, termasuk senjata nuklear. Gaudium et Spes menyatakan mereka yang mengabdi tanah air dalam angkatan bersenjata hendaknya menempatkan diri sebagai pelayan keamanan dan kebebasan rakyat, dan memperjuangkan tegaknya perdamaian (GS 79).

Penggunaan senjata haruslah berpaksi pada alasan moral yang masuk akal. Tidak dibenarkan penggunaan senjata untuk mengancam, menindas, apalagi mendiskriminasi demi kepentingan tertentu. Kerana senjata itu mempunyai sifat merosak, maka penggunaannya harus lebih berhatihati.

Dalam landasan ini Gereja memberi ruang, atas dasar suara hati, bagi tentera atau pun polis untuk menolak perintah untuk menggunakan senjata (Kat 2311). Mereka kalau diminta melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum dan hak asasi  manusia, berhak menolak perintah atasan. Norma hukum kemanusiaan perlu lebih diutamakan.

Sesuai dengan norma hukum kemanusiaan itu pula maka tawanan perang, dari pihak lawan, harus pula diperlakukan dan diperhatikan secara manusiawi. Mereka tidak boleh diperlakukan sebagai musuh. Penyeksaan atau pemeriksaan yang berlebihan diharapkan untuk dihindari.

Injil Matius memaparkan jelas perintah Yesus, “Cintailah musuhmusuhmu, dan berbuatlah baik kepada mereka yang membenci kamu, serta berdoalah mereka yang menganiaya dan memfitnah kamu” (Mat 5:43-44). Mendoakan musuh, juga mereka yang membenci dan menfitnah kita, itulah keutamaan Kristiani. Yang dilawan, juga dengan senjata, adalah penindasan, penghancuran dan kesewenangan. Namun bukan pribadi manusia, pun yang berada di pihak lawan, yang dimusuhi.

Oleh kerana itu, hidup dan hak asasi mereka pun harus dilindungi dan dijamin, bahkan jika perlu dengan perlindungan senjata pula. -- T. Krispurwana Cahyadi SJ, hidupkatolik

Total Comments:0

Name
Email
Comments