Belajar tentang Islam, cara penulis Katolik hindari salah faham

Komuniti penulis muda Katolik menginisiasi aktiviti pendalaman tentang Islam, yang diinspirasikan oleh Sri Paus Fransiskus dan sebagai salah satu usaha mengenal dan menghindari salah faham di antara agama demi membangun keharmonian antara iman.

Aug 10, 2018

JAKARTA: Komuniti penulis muda Katolik menginisiasi aktiviti pendalaman tentang Islam, yang diinspirasikan oleh Sri Paus Fransiskus dan sebagai salah satu usaha mengenal dan menghindari salah faham di antara agama demi membangun keharmonian antara iman.

Stella Anjani, salah seorang anggota komuniti ini menyatakan, kegiatan ini berupaya menghayati dan memahami pesan yang disampaikan Paus Fransiskus pada perayaan Aidil Fitri 1439 H tahun ini, yang mengajar orang Kristian dan Muslim untuk “meninggalkan sikap saling bersaing menjadi saling bekerjasama."

Kolaborasi yang diharapkan Paus Fransiskus, kata dia, pada praktiknya, tidak mudah diwujudkan jika tidak disediakan ruang untuk saling mengenal lebih dalam.

“Ruang-ruang digital masa kini, terutama media sosial, sering kali hanya memperkenalkan hal-hal yang ada di permukaan nilai-nilai antar agama.

Malah, kerap kali tidak memberi maklumat mendalam serta menyumbang kesan yang kurang tepat antara agama,” katanya dalam keterangan tertulis kepada UCAN Indonesia.

Idea menganjurkan kegiatan seperti ini, juga sebagai sahutan tindakan bom bunuh diri di Surabaya oleh sebuah keluarga pada Mei lalu yang menyasar satu Gereja Katolik dan dua Gereja Protestan, yang kemudian menyebabkan timbulnya sentimen negatif terhadap umat Muslim.

Mengangkat tema “Tentang Mengenal yang Lain,” kumpulan ini menjemput beberapa tokoh dari organisasi Islam moderat untuk menyampaikan sesi dalam kelas yang berlangsung setiap Sabtu, bermula 4 hingga 25 Ogos.

"Ini adalah kegiatan belajar untuk mengajak umat Katolik agar membuka diri terhadap umat Muslim, yang merupakan komuniti terbesar di Indonesia," kata Stella.

"Kegiatan belajar ini diharapkan mampu mengubah perspektif lama tentang Islam dan menjambatani dialog harmoni antara agama," lanjutnya.

Para penyampai sesi yang mengisi empat kali pertemuan tersebut ialah Alamsyah M Djafar, peneliti The Wahid Foundation; Achmad Nurcholish, aktivis LSM Pusat Studi Agama dan Perdamaian- ICRP; Subhi Azhari, peneliti The Wahid Foundation), Mohammad Monib, Pengasuh Pesantren Fatihatul Quran, Bogor, Mukti Ali Qusyhairi (Ketua Lembaga Bahtsul Masail PWNU Jakarta), dan beberapa speaker lain dari agensi The Wahid Foundation.

Beberapa topik yang telah dan akan dibincangkan pada setiap pertemuan, antara lain termasuk tentang Islam dan perdamaian, hubungan agama dan terorisme, pemakaian tudung, poligami dalam Islam; negara khilafah, peta gerakan Islam di Indonesia dan peta jalan menuju Indonesia yang damai.

“Sepanjang tempoh pembelajaran ini, para peserta juga digalakkan untuk menulis hasil pembelajaran untuk mewujudkan budaya literasi bagi perdamaian dan toleransi,” kata Stella.

Tulisan terbaik, jelasnya, akan diterbitkan di beberapa media Katolik dan disebar luaskan juga melalui akaun media sosial Hits OMK dan OMK Indonesia. -- ucanews.com

Total Comments:0

Name
Email
Comments