Jangan memandang rendah orang lain kerana status tinggi kita

Tidak ada seorang pun daripada kita yang merasa diri kita lebih ‘tinggi’ daripada orang lain. Tidak ada seorang pun di antara kita yang memandang rendah pada orang lain.

Jul 06, 2018

VATIKAN: Tidak ada seorang pun daripada kita yang merasa diri kita lebih ‘tinggi’ daripada orang lain. Tidak ada seorang pun di antara kita yang memandang rendah pada orang lain. Penghormatan tertinggi ialah melayani Kristus untuk melayani Kristus ialah melayani mereka yang kelaparan, diabaikan, dipenjara, sakit, menderita, ketagihan dadah, dibuang.

Kata-kata tersebut dilafazkan oleh Paus Fransiskus semasa menyampaikan homili semasa pembentukan 14 jabatan kardinal baru.

Para kardinal baru itu, satu persatu, berjalan menghadapi Sangti Papa untuk menerima topi merah (warna yang melambangkan sumpah melayani Uskup Roma dan Gereja), cincin kardinal dan simbol gereja atau paroki di mana mereka melayani di Roma serta menjadi ahli penuh klerus Roma meskipun mereka menjalankan pelayanan di sebuah tempat yang jauh.

Barisan para kardinal baru itu ialah Luis Raphael I Sako, Patriak Babylon untuk Chaldean di Irak, Luis Ladaria Ferrer, Ketua Kongregasi Doktrin Iman, Angelo De Donatis, Vikaris Roma; Giovanni Angelo Becciu, Pengganti Setiausaha Negara; Konrad Krajewski, Papal Almoner ; Joseph Coutts, Uskup Agung Karachi, Pakistan; Antonio dos Santos Marto, Uskup Leiria-Fatima; Pedro Ricardo Barreto Jimeno, Uskup Agung Huancayo, Peru; Désiré Tsarahazana, Uskup Agung Toamasina, Madagascar; Giuseppe Petrocchi, Uskup Agung Aquila; Thomas Aquino Manyo Maeda, Uskup Agung Osaka, Japan.

Serta para kardinal yang telah berusia 80 tahun ke atas iaitu Sergio Obeso Rivera, Uskup Agung Emeristus Mexico; Toribio Ticona Porco, Uskup Emeritus Corocoro, Bolivia; Father Aquilino Bocos Merino, dari misionari Claretian, satu-satunya bukan Uskup.

Fransiskus memberi renungan tentang petikan dari Injil Markus, yang menggambarkan pendakian Yesus ke Yerusalem ketika dia berjalan di hadapan murid-muridnya.

Kristus berjalan di hadapan mereka, “primerea” kata Bergoglio, dan Dia meneruskan perjalanan pada masa yang menentukan dan menentukan kehidupan. Kita semua tahu bahawa pada masa-masa penting dalam hidup, hati dapat berbicara dan mendedahkan niat dan ketegangan di dalam diri kita.

Petunjuk-petunjuk ini mencabar kita; menimbulkan persoalan dan keinginan yang tidak selalu jelas pada hati manusia kita. Inilah yang dibentangkan dalam Injil, dengan kesederhanaan dan realisme yang hebat.

Semasa Yesus menyatakan kematian- Nya buat kali ketiga, penulis Injil Yohanes secara terus terang mendedahkan rahsia yang ada dalam hati para murid: tentang perjuangan mereka untuk lebih dihormati, cemburu, iri hati, tipu muslihat, kompromi.

Pemikiran seperti ini bukan sahaja memusnahkan persoalan yang siasia. Tetapi Yesus dengan tegas berkata kepada mereka, “Tetapi tidak demikian di antaramu; barangsiapa yang menjadi besar di antara kamu, hendaklah kamu menjadi hamba kepada sesamamu.”

Oleh itu, jelas Sri Paus, “Tuhan mahu kita untuk cuba menumpukan kembali mata dan hati kita sebagai pengikut-pengikut-Nya agar karyakarya kita dalam komuniti membuahkan hasil yang baik. Apa gunanya memperoleh kehormatan dunia jika hati kita penuh dengan kepalsuan? Apa gunanya memiliki segunung kemewahan tetapi hati dan jiwa kita kosong serta tidak melaksanakan misi dalam mewartakan Khabar Gembira?”

Yesus mengajar kita bahawa dengan berubah, bertobat akan menyembuhkan hati dan Gereja. Namun untuk sembuh, kita harus meninggalkan sikap mementingkan diri serta melindungi mereka umat Tuhan.

Pertobatan dan sifat mementingkan diri pasti tidak akan berakhir tetapi ia juga boleh mendorong kita untuk terus setia, meletakkan kepercayaan kepada Roh dan kerelaan memikul misi kita di dunia! — CNA/EWTN

Total Comments:0

Name
Email
Comments