Kekudusan bukan untuk orang yang malas!

Seorang pelayan Altar dari Serbia bertanya kepada Sri Paus Fransiskus, “Bapa Suci, kami mahu melayani Tuhan dan sesama, tetapi ia tidak mudah dan kami masih belum kudus.

Aug 10, 2018

VATIKAN: Seorang pelayan Altar dari Serbia bertanya kepada Sri Paus Fransiskus, “Bapa Suci, kami mahu melayani Tuhan dan sesama, tetapi ia tidak mudah dan kami masih belum kudus. Bagaimana kami boleh menjadikan pelayanan kami sehari-hari agar ia menjadi tindakan konkrit cinta kasih untuk menuju kepada kekudusan?”

Soalan tersebut diajukan kepada Sri Paus Fransiskus dalam Audiensi Luar Biasa di Dataran Santo Petrus dengan lebih 70,000 putera-puteri altar berusia 13 - 23 tahun dari 19 negara berbeza.

Para putera-puteri altar itu adalah peserta Ziarah Internasional ke-12 untuk Putera-Puteri Altar yang dianjurkan Coetus Internationalis Ministrantium (CIM), organisasi sedunia untuk perhatian pastoral bagi putera-puteri altar yang didirikan pada tahun 1960. Ziarah 30 Julai hingga 4 Ogos 2018 itu bertema “Carilah Perdamaian dan Kejarlah!” (Mazmur 34:15).

Pada 31 Julai, lima orang pelayan Altar dari lima buah negara telah dipilih untuk mengajukan soalan kepada Sri Paus. Paus Fransiskus yang sukacita dapat bertemu dengan para pelayan Altar seluruh dunia menjawab pertanyaan-pertanyan tentang perdamaian, doa, pelayanan, iman dan kekudusan.

Pelayan Altar dari Serbia merupakan pengaju soalan kelima yang bertanya tentang kekudusan.

Menurut Sangti Papa, menjadi kudus bukanlah untuk orang malas kerana ia memerlukan usaha dan keazaman yang kuat. Tetapi Yesus memberikan kita rencana sederhana yang membolehkan kita menjalani hidup kudus iaitu dengan menuruti perintah-Nya untuk mengasihi Tuhan dan sesama. .

Perintah ini menjadi lebih konkrit dalam karya-karya belas kasih, lanjut Sri Paus. Mempraktikkan karyakarya belas kasihan bukanlah sesuatu yang dapat dipelajari di universiti tetapi paling utama, kita bertanya kepada diri sendiri, “Apa yang dapat saya lakukan saat ini untuk memenuhi keperluan sesama, yang mungkin sedang dialami oleh rakanrakan atau orang asing?”

“Tuhan amat berkenan jika anda rajin membantu keluarga dan orang asing. Percayalah, dengan melakukan ini, kalian boleh menjadi orang suci sejati, lelaki dan wanita yang mengubah dunia dengan menjalani cinta Kristus,” ujar Sri Paus.

Seorang pelayan Altar lain meminta Sri Paus untuk menjelaskan bagaimana mereka dapat hidup kontemplatif ketika melayani.

Sri Paus menjawab, “Akan luar biasa jika, di samping pelayanan dalam liturgi, kalian lebih terlibat dalam kehidupan paroki dan mengambil waktu hening dalam kehadiran Tuhan."

Praktik itu, kata Sri Paus, akan memungkinkan mereka menemui bakat mereka sendiri, cara mengembangkannya dan apa yang direncanakan Tuhan bagi mereka. “Ingat," kata Sri Paus kepada mereka, “semakin kalian memberi diri kepada orang lain, semakin kalian mendapatkan kembali kepuasan peribadi dan kebahagiaan sejati!” --CNA/EWTN

Total Comments:0

Name
Email
Comments