Martabat kita semua sama di hadapan Kristus

Yesus telah banyak mengajar dan mengadakan mukjizat di daerah Galilea, di mana Nasaret berada. Ramai orang mengikuti Dia.

Jul 06, 2018

HARI MINGGU BIASA
KE-14 TAHUN B
YEH 2:2-5
2 KORIINTUS 7-10
IINJJIIL MARKUS 6:1-6

Yesus telah banyak mengajar dan mengadakan mukjizat di daerah Galilea, di mana Nasaret berada. Ramai orang mengikuti Dia. Tetapi di Nasaret sendiri, tempat asal dan tempat tinggal- Nya Dia mengecewakan banyak orang, bahkan ditolak. Ajaran dan perbuatan-Nya yang baik diragukan dan dipersoalkan. Bukankah Dia itu seperti kita-kita juga? Bukankah Dia itu anak Yusuf tukang kayu, anak si Maria?

Mereka itu yakin, Tuhan tidak akan mengutus Nabi apalagi Almasih secara begitu biasa, dan di daerah kampung seperti Nasaret. Bukankah Almasih harus datang secara luar biasa, secara mengkagumkan seperti semasa di padang pasir, iblis mencadangkan Yesus terjun dari Bait Tuhan untuk membuktikan Dia Putera Tuhan. Bagaimana mungkin dari keluarga Yusuf tukang kayu dan Maria menggelarkan diri sebagai seorang Nabi atau Mesias?

Misalnya dalam program-program realiti sekarang ini. Wajah cantik selalu jadi ukuran jika mahu jadi artis terkenal.

Ada kalanya sedih melihat remaja berbakat, tetapi disebabkan wajah yang tidak begitu manis atau badan berisi, peminat menolak untuk mengundi mereka.

Ada juga undian yang berdasarkan negeri atau daerah. Walau suara tidak sehebat mana, tetapi oleh sebab calon artis tersebut berasal dari negeri atau daerah A, maka seluruh masyarakat A mengundi individu tersebut.

Menghadapi keadaan serupa itu, apakah pesan Injil hari ini kepada kita sebagai umat beriman?

Kiranya sebab sikap penolakan semacam itu memperlihatkan kita sering menghendaki Tuhan bertindak menurut keinginan dan kemahuan kita, dan bukan menurut kehendak-Nya!

Bukan kita yang bersedia menerima dan melaksanakan rencana-Nya untuk menyelamatkan kita, tetapi sebaliknya kita mengkehendaki supaya Tuhan menyelamatkan kita menurut pemikiran dan kemahuan kita. Padahal seperti diajarkan dan dilaksanakan oleh Yesus, Tuhan begitu mengasihi kita sampai di dalam diri Yesus Putera-Nya Dia menjadi manusia seperti kita, dalam segala hal kecuali dalam hal dosa! Kasih dan kerendahan hati Yesus itulah, yang harus dijadikan pegangan untuk menentukan sikap kita terhadap Tuhan dan terhadap manusia sesama kita!

Martabat kita semua di hadapan Tuhan adalah sama. Itulah yang harus selalu menjadi asas kepada sikap dan cara hidup kita. Apa dan siapa pun yang sungguh baik, harus kita nilai sebagai baik, meskipun penampilannya dianggap tidak memenuhi cita rasa kita. Pandangan dan ukuran menurut selera manusiawi sebeginilah yang dipakai orangorang Nasaret terhadap Yesus! Bagi mereka, seorang nabi atau penyelamat haruslah yang gah-gah, ada aura yang hebat atau mungkin berpenampilan mahal dan bermutu.

Kalau ada seorang Pemimpin datang, kita secara spontan mahu menerima kedatangannya hormat dan rapi.

Bila kita menyambut kedatangan Sri Paus, kita pasti akan menyambutnya sebaik mungkin, walau besarnya perbelanjaan yang harus kita gunakan. Sebab Sri Paus adalah Wakil Kristus dan kita semua merindukan berkatnya.

Sikap ini benar dan wajar. Tetapi kalau dalam hidup kita sehari-hari ada orang biasa yang berkekurangan atau menderita datang kepada kita, bagaimana sikap kita dalam menyambutnya?

Adakah kita ragu-ragu atau menolak orang itu kerana dia tidak ada apa-apa? Adakah kita menolak kerana orang itu berstatus rendah dalam masyarakat, bukan siapa-siapa pun, padahal Kristus ada dalam diri setiap orang.

Jika dia bukan pemimpin, artis terkenal atau orang kaya, adakah kita menyambut kedatangannya secara lewa, maka ini bermakna, kita juga melayani Yesus yang hadir dalam orang itu secara lewa atau acuh tak acuh.

Berkali-kali Yesus di Galilea mengajar tentang nilai-nilai hidup manusia yang benar seperti dikehendaki Tuhan. Berkali-kali Dia telah mengadakan mukjizat untuk menolong orang. Tetapi ternyata orangorang Nasaret, iaitu orang-orang sekampung Yesus, tidak memahami teladan dan ajaran itu. t dan memahami ajaran dan teladan Yesus itu.

Bagaimanakah sikap kita sebagai murid-murid Yesus dewasa ini, dua puluh abad kemudian? Apakah kita ini yang sudah dibaptis masih bersikap seperti orang-orang Nasaret terhadap Kristus?

Apakah kita sedar atau tidak sedar sering menolak kedatangan Kristus yang hadir dalam sesama kita, yang sebenarnya memerlukan pertolongan kita. Kita mudah merasa ada perbezan terlalu besar di antara keadaan atau kedudukan kita?

Untuk bertemu dengan Kristus atau untuk merasa didatangi oleh Kristus, kita tidak perlu harus selalu secara rasmi pergi ke gereja, atau bertemu dengan uskup atau imam, ataupun rasmi mengikuti ibadat liturgis.

Umat Kristian sejati memang perlu beribadat di gereja. Tetapi untuk dapat bertemu dengan Kristus atau ingin didatangi oleh Kristus, kita juga dapat pergi kepada atau didatangi oleh sesama kita siapapun, yang memerlukan pertolongan kita. Sebab Kristus juga hadir dalam peribadi setiap orang.

Semua orang di depan Kristus memiliki martabat yang sama. Hanya syaratnya: sejauh mana sikap dasar hidup kita sesuai dengan ajaran dan teladan Kristus. Sebagai umat Tuhan kita harus yakin bahawa di hadapan Tuhan, kita tidak ada bezanya. Kita semua adalah semartabat. — Msgr F.X Hadisumarta O.Carm

Total Comments:0

Name
Email
Comments