Paderi harus bersifat ayah dan memberi kehidupan

Dalam pertemuan santai dan informal dengan para calon imam serta para imam yang sedang belajar di Roma, 16 Mac lalu, Paus Fransiskus menjawab pertanyaan- pertanyaan tentang kehidupan dan pembinaan imamat seraya meminta mereka memperhatikan pembina an lanjut dalam hal rohani dan manusiawi dengan selalu terbuka kepada Roh Kudus.

Mar 23, 2018

VATIKAN: Dalam pertemuan santai dan informal dengan para calon imam serta para imam yang sedang belajar di Roma, 16 Mac lalu, Paus Fransiskus menjawab pertanyaan- pertanyaan tentang kehidupan dan pembinaan imamat seraya meminta mereka memperhatikan pembina an lanjut dalam hal rohani dan manusiawi dengan selalu terbuka kepada Roh Kudus.

Dalam sesi tanya jawab dengan para seminarian dan imam yang datang dari seluruh dunia untuk belajar hal-hal berkaitan dengan Gereja dan tinggal di kolej-kolej kepausan dan asrama- asrama milik Gereja di Roma, Sri Paus telah menjawab lima pertanyaan, yang diselingi dengan lelucon, gelak ketawa dan sorakan.

Menjawab pertanyaan seorang Brother dari Perancis, yang ingin tahu bagaimana seorang imam dapat menjadi murid sekaligus menjadi misionari yang rendah hati, Sri Paus mengatakan bahawa seorang imam harus “bergerak, mendengarkan dan tidak pernah sendiri.”

Untuk pertanyaan Brother dari Sudan tentang cara memahami panggilan bahkan setelah tahbisan, Fransiskus menekankan pemahaman itu penting, kerana pemahaman “membantu kita untuk maju terus dengan membuat kita mengerti apa yang benar dan apa yang tidak benar.”

Agar dapat memahami secara efektif, Bapa Suci mengatakan bahawa pemahaman perlu dilakukan dalam doa di hadapan Tuhan, dan juga diperlukan pembimbing rohani yang akan memberikan pedoman kepadanya. Tanpa pemahaman, kata Bapa Suci , alasan kehidupan seorang imam menjadi kaku dan legalistik serta menutup diri terhadap Roh Kudus, “yang sebenarnya harus menjadi teman dalam perjalanan kita.”

Ketika menjawab seorang Paderi Amerika Latin tentang cara menjaga keseimbangan yang sihat, Paus Fransiskus menekankan pentingnya pembinaan manusiawi.

Paderi “perlu menjadi manusia normal, yang punya teman, yang dapat tertawa dan mendengarkan orang yang sakit atau menghiburnya dengan belaian. Imam harus jadi seorang ayah dan berbuah, memberi hidup kepada orang lain. Imam itu bukan pejabat atau pegawai Tuhan.”

Diakon dari AS bertanya kepada Paus tentang sifat-sifat rohani seorang imam diosesan dan bagaimana menjalankannya dalam karya pastoral setiap hari. Sebagai jawaban, Sri Paus menggunakan ungkapan “dioceseness” (keuskupan), atau peduli menjaga hubungan dengan uskup, meskipun ada di kalangan imam itu tidak sehaluan atau sependapat tetapi harus menjaga hubungan dengan sesama imam dan umat paroki. “Mempertahankan tiga hal ini akan membuat kalian menjadi orang kudus,” kata Sri Paus.

Mengenai pernyataan imam Filipina mengenai pembinaan tetap para imam, Sri Paus merekomendasikan agar para imam membentuk diri sesuai keperluan manusia, pastoral, spiritual, dan komuniti.

“Pembinaan permanen hendaknya lahir daripada kesedaran akan kelemahan dan keterbatasan seseorang. Dalam budaya kontemporari ini, tanyalah kepada diri sendiri cara hidup dalam komunikasi virtual, cara menggunakan telefon bimbit dan cara menghadapi godaan terhadap kesucian. Kebanggaan dan daya tarik wang, kekuasaan dan kenyamanan, harus diwaspadai,” lanjut Sri Paus.--sumber CNA/EWTN

Total Comments:0

Name
Email
Comments