Siapa yang bersalah atas kematian Yesus?

Bayangkan, orang Yahudi mengungkit keturunan mereka, sambil bertegas menuntut Yesus disalibkan! Pilatus pun menyerahkan Yesus untuk didera dan kemudian disalibkan.

Jul 10, 2021

Soalan: Father, Saya ingin bertanya, siapa yang bersalah atas kematian Yesus? Apakah benar ia salah orang-orang Yahudi? — Benny

Jawaban: Katekismus Gereja Katolik (No. 597-598) dengan tegas mengatakan, bahawa ‘orang Yahudi secara kolektif tidak bertanggung jawab atas kematian Yesus’. Sebaliknya ‘semua orang berdosa turut menyebabkan kesengsaraan Kristus’. Namun pertanyaan Sdra menarik kerana mengajak kita melihat kisah sengsara di mana banyak orang Yahudi sungguh-sungguh terlibat.

Dalam sejarah, data kisah sengsara sering dimanipulasi untuk melegitimasi sikap anti-Yahudi. Oleh itu, kita tidak boleh mentafsirkan Kitab Suci hanya secara harfiah, melainkan perlu menemukan erti yang lebih dalam sebagaimana Tuhan sendiri kehendaki. Istilahnya sensus plenior (makna yang lebih penuh). Contoh teks seperti itu adalah Mat. 27:25 yang memuatkan sumpah khalayak Yahudi di depan pengadilan.

Pada ketika itu Pilatus merasa bahawa Yesus tidak bersalah dan ingin membebaskan-Nya. Secara simbolik dia membasuh tangannya. Katanya, “Itu urusan kamu sendiri!” Namun seluruh rakyat berteriak:“Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!”

Bayangkan, orang Yahudi mengungkit keturunan mereka, sambil bertegas menuntut Yesus disalibkan! Pilatus pun menyerahkan Yesus untuk didera dan kemudian disalibkan.

Bila dihubungkan Yoh. 8:44, kesimpulannya bisa lebih dahsyat. Di sana Yesus menghubungkan orangorang Yahudi yang menentang-Nya dengan iblis: “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan bapamu.” Mengerikan bukan? Kalau tidak hati-hati, kita boloeh jatuh pada kesimpulan sembarangan malah menyalahkan bangsa Yahudi. Namun, sebagaimana ajaran Katekismus, bukan itu yang dimaksudkan Kitab Suci.

Jadi bagaimana? Pertama, Kitab Suci menampilkan bahawa para pemimpin Yahudi sendiri berbeza pendapat mengenai Yesus. Ada ramai di antara mereka yang percaya kepada-Nya, seperti Nikodemus dan Yosef dari Arimatea, meskipun mereka melakukannya secara tersembunyi. Tidak semua orang Yahudi jahat. Yesus sendiri orang Yahudi, begitu pula para murid-Nya. Ada ramai orang Yahudi yang mengikuti-Nya.

Pertanyaannya, mengapa terjadi penyaliban? Jawabannya adalah kerana kuasa dosa yang membutakan. Khutbah St. Petrus semasa Pentakosta menyebut bahawa mereka melakukannya tanpa pengetahuan (Kis. 3). Dosa membuat orang tidak mengenal Yesus.

“Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia” (1Kor. 2:8). Itu persis doa Yesus semasa Dia dipaku di salib: “Ampunilah mereka kerana mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34).

Jadi meskipun menceritakan keterlibatan mereka, Kitab Suci sendiri tidak menumpukan kesalahan pada orang Yahudi.

Dengan jelas Kitab Suci menggambarkan mereka sebagai korban kuasa dosa. Dosalah yang menggelapkan mereka sehingga mereka menyalibkan Yesus. Sesudah kebangkitan-Nya, warta pengampunan menjadi isi pesan Yesus, yang kemudian diteruskan oleh para Rasul. Dengan salib-Nya Yesus mahu menyelamatkan semua manusia, Yahudi mahupun bukan Yahudi.

Dalam tradisi, Gereja tidak pernah melihat peristiwa kematian Yesus hanya sebagai peristiwa bangsa Yahudi saja, melainkan peristiwa universal manusia berhadapan dengan kasih Tuhan. Salib adalah akibat dari jawaban manusia yang dikuasai dosa terhadap kasih Tuhan yang tak terbatas.

Tanpa ragu, Gereja mengajarkan bahawa kalau kita berdosa, maka dosa itu mengena pada Yesus (Bdk.Mat. 25, Kis.9:4-5). Kalau kita berpuas diri dalam dosa, dan tidak mahu bertobat, kita membuat Kristus menderita dan masih tetap menyalibkanNya. “Apa yang kau lakukan terhadap saudara-Ku yang paling hina, itu “kau lakukan terhadap Aku” (Mat. 25). Namun begitu, serentak jawaban Tuhan juga nampak di salib itu bahawa Tuhan menjawab positif iaitu dengan tetap mengasihi manusia, melalui pengorbanan Yesus. — Father Gregorius Hertanto, MSC, hidupkatolik.com

Total Comments:0

Name
Email
Comments