Sikap murni dalam penyembahan kepada Tuhan

Jika kita diundang ke majlis yang dihadiri oleh Perdana Menteri, pasti kita akan mempersiapkan diri sebaikbaiknya.

Aug 05, 2017

Jika kita diundang ke majlis yang dihadiri oleh Perdana Menteri, pasti kita akan mempersiapkan diri sebaikbaiknya. Kita akan berpakaian yang sopan, malah tidak akan lambat datang.

Sikap ini seharusnya ada dalam diri kita semasa menghadiri ‘pertemuan’ dengan Tuhan di dalam liturgi, khususnya dalam perayaan Ekaristi kerana Tuhan jauh lebih mulia dan penting daripada Presiden.

--Mempersiapkan diri sebelumnya dan mengarahkan hati sewaktu mengikuti liturgi

Untuk menghayati liturgi, kita harus sungguh mempersiapkan diri sebelum mengambil bagian di dalamnya. Contohnya ialah: membaca dan merenungkan bacaan Kitab Suci pada hari itu, hening di sepanjang jalan menuju ke gereja, datang lebih awal, berpuasa (1 jam sebelum menyambut Ekaristi dan terutama berpuasa sebelum menerima sakramen Pembaptisan dan Penguatan), memeriksa batin, jika dalam keadaan dosa berat, melakukan pengakuan dosa dalam sakramen Tobat sebelum menerima Ekaristi.

Ketika mengikuti liturgi, kita harus selalu mempunyai sikap hati yang benar. Jika melakukan kesilapan atau perbuatan yang melanggar perintah Tuhan, segeralah kembali mengarahkan hati kepada Tuhan.

Kita harus mengarahkan akal budi kita untuk menerima dengan iman bahawa Yesus sendirilah yang bekerja melalui liturgi, dan Roh KudusNya yang menghidupkan kata-kata doa dan Sabda Tuhan di dalam liturgi, sehingga menguduskan tanda-tanda lahiriah yang dipergunakan di dalamnya untuk mendatangkan rahmat Tuhan.

Sikap hati yang baik ini dapat diperlihatkan dengan berpakaian sopan, tidak bersembang dalam Gereja, tidak menggunakan handphone, berSMS atau berFacebook dalam Gereja. Sebab jika demikian dapat dipastikan bahawa hati kita tidak sepenuhnya terarah pada Tuhan.

--Bersikap aktif: tidak hanya menerima tapi juga memberi kepada Tuhan

St. Thomas Aquinas mengajar bahawa penyembahan yang sempurna adalah meliputi dua hal, iaitu menerima dan memberikan berkat-berkat ilahi (lih. St. Thomas Aquinas, Summa Theology, III, q.63, a.2.).

Di dalam liturgi, penyembahan kepada Tuhan mencapai puncaknya, saat Kristus bersama dengan kita mempersembahkan diri kepada Bapa dan pada saat kita menerima buah penebusan Kristus melalui Misteri Paskah- Nya. Puncak liturgi adalah Ekaristi, di mana di dalamnya Kristus menjadi Imam Agung, dan sekaligus Korban penebus dosa. (KGK 1348, 1364,1365). Dalam perayaan Ekaristi, kita seharusnya tidak hanya menonton atau sekadar menerima, tetapi ikut mengambil bahagian di dalam peranan Kristus sebagai Imam Agung dan Korban tersebut. Caranya adalah dengan turut mempersembahkan diri kita, berserta ucapan syukur, suka duka, pergelutan dan pengharapan, untuk kita persatukan dengan korban Kristus (lih. Lawrence G. Lovasik, The Basic Book of the Eucharist, (Sophia Institute Press, New Hampshire, 1960), p.73).

Setiap kali menghadiri Misa, kita bawa segala korban persembahan kita untuk diangkat ke hadirat Tuhan, terutama pada saat konsekrasi — saat roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Yesus. Saat itu korban kita disatukan dengan korban Yesus. Liturgi menjadi penyembahan yang sempurna, sebab Kristus, satu-satunya Imam Agung dan Korban yang sempurna, menyempurnakan segala penyembahan kita. Bersama Yesus di dalam liturgi, kita akan dapat menyembah Tuhan di dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24), kerana di dalam liturgi Roh Kudus bekerja menghadirkan Kristus, Sang Kebenaran itu sendiri.

Kehadiran Yesus tidak hanya terjadi di dalam Ekaristi, tetapi juga di dalam liturgi yang lain, iaitu Pembaptisan, Penguatan, Pengakuan Dosa, Perkahwinan, Tahbisan suci, dan Pengurapan orang sakit.

Dalam liturgi tersebut, kita harus berusaha untuk aktif mengambil bahagian agar dapat sungguh menghayati maknanya. Penyertaan aktif ini bukan saja dari segi ikut menyanyi, atau membaca segala doa yang tertulis, tetapi juga mengangkat hati dan jiwa untuk menyembah dan memuji Tuhan, dan meresapkan segala perkataan yang diucapkan di dalam hati.

--Jangan memusatkan perhatian pada diri sendiri tetapi pada Kristus Dengan berfokus kepada Kristus,

kita akan memperoleh kekuatan baru, sebab segala masalah kita akan nampak tak sebanding dengan penderitaan-Nya. Kita akan dikuatkan di dalam pengharapan kerana Roh Kudus yang sama, yang telah membangkitkan Kristus dapat pula membangkitkan kita dari dosa dan segala kesulitan kita.

Jika kita memusatkan hati dan fikiran kepada Kristus, maka kita tidak akan terlalu ‘terganggu’ dengan koir atau muzik yang kurang sempurna, khutbah yang kurang semangat, keadaan panas, banyak nyamuk — bahkan dapat mempersembahkan kesetiaan kita di samping segala ketidaksempurnaan itu sebagai korban yang murni bagi Tuhan.--Katolisitas

Total Comments:0

Name
Email
Comments