Sri Paus ajak para Uskup baru jadi pendoa, pewarta, damai

Sri Paus ajak para Uskup baru jadi pendoa, pewarta, damai

Sep 21, 2018

VATIKAN: Sri Paus Fransiskus, pada 8 September 2018 di Vatikan, menemui 75 uskup yang baru dilantik di 34 negara Afrika, Asia, Amerika Latin dan Oceania, dan mendesak mereka untuk prihatin terhadap para umat beriman yang diamanahkan kepada mereka seperti Gembala yang Baik, dengan menjadi pria-pria pendoa, pewarta dan persekutuan.

Para uskup baru itu menyertai seminar yang diselenggarakan oleh Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa di Vatikan, 3-15 September 2018, bagi membantu mereka dalam pelayanan.

Dalam pembicaraan dengan para uskup itu, Sri Paus Fransiskus mengatakan bahawa uskup dibentuk untuk Kristus, Gembala yang Baik dan Imam yang tidak hidup untuk dirinya sendiri melainkan memberi hidup-Nya untuk dombadomba- Nya, terutama yang paling lemah, miskin dan tidak berdaya. Sebagai pendoa, kata Sri Paus, setiap hari seorang uskup membawa umat dan situasi-situasinya ke hadapan Tuhan dan menjadi seperti Yesus, “korban dan altar bagi keselamatan umat-Nya.”

Tugas kedua seorang uskup adalah pergi memberitakan Injil ke tempat-tempat di mana Tuhan tidak dikenal atau dihina dan dianiaya, bukan duduk terus di pejabatnya sahaja seperti pengurus besar. Dalam tugas ini, “dia harus menjadi saksi rendah hati terhadap Injil seperti Yesus, tanpa menyerah pada godaan kekuasaan, gratifikasi, keduniaan atau mementingkan diri sendiri, dan tanpa melemahkan Yesus yang disalibkan dan bangkit.”

Seorang uskup adalah orang yang mengumpulkan orang-orang bagi mempererat persekutuan melalui keterlibatan yang rendah hati. “Dia berakar pada wilayahnya, dengan menolak godaan untuk sering keluar dari keuskupannya untuk mencari kejayaan sendiri. Tanpa pernah lelah mendengar permasalahan para umat dan rakan-rakan iman,” kata Sri Paus. Seorang uskup, lanjut Sri Sri Paus, meningkatkan persaudaraan dengan menunjukkan bahawa mereka adalah para gembala “bukan untuk prestij, karier atau cita-cita sendiri tetapi untuk memberi makan kawanan domba Tuhan, bukan sebagai tuan tetapi sebagai model.”

Dalam hal ini, Sri Sri Paus mengingatkan para uskup untuk melawan krerikalisme, di mana menurut kata Sri Paus, sangat umum dalam komuniti-komuniti yang memiliki persoalan pelecehan seksual, persoalan kekuasaan dan persoalan hati nurani.

“Itu mengotori persekutuan, menghasilkan perpecahan dan melicinkan banyak kejahatan saat ini,” kata Sri Paus. “Mengatakan ‘tidak’ pada pelanggaran bererti tegas mengatakan tidak pada setiap bentuk klerikalisme,” tegas Sri Paus. Kecenderungan lain yang dikecam Sri Paus adalah apa yang disebutnya sebagai “leaderism,” iaitu sikap kepimpinan yang lebih mementingkan diri, lebih menarik tetapi bukan dari Injil. Dalam tugas mereka sebagai gembala, Bapa Suci mendesak para uskup untuk secara khusus memperhatikan keluarga-keluarga, para seminarian, kaum muda dan orang miskin.

Seraya mengingatkan bahawa keluarga-keluarga adalah sel-sel pertama setiap masyarakat dan Gereja-Gereja pertama, kerana mereka adalah Gereja-Gereja domestik, Sri Paus mendorong inisiatif persiapan pernikahan dan pendampingan bagi keluarga-keluarga.

“Belalah kehidupan dalam kandungan, begitu juga dengan para kurang upaya, bantu dan sokonglah orang-orang tua dalam misi mereka,” minta Sri Paus.

Mengenai para seminarian, Sri Paus menyeru untuk menjamin adanya formasi yang sihat, terbuka, autentik dan tulus bagi mereka, dengan memberikan keutamaan khusus pada penelitian panggilan. Seraya mengingatkan para uskup bahawa dunia yang lebih baik bergantung pada orang muda, Sri Paus mendesak para uskup untuk mencari dan mendengar serta menerima mereka seadanya, bahkan saat mereka dipengaruhi konsumerisme dan hedonisme, agar berani memberikan Injil kepada mereka.

Akhirnya, Sri Paus mendorong para uskup untuk melawan kemiskinan rohani dan material serta mendedikasikan waktu dan tenaga untuk orang paling kecil, tanpa takut tangan mereka menjadi kotor. Sri Paus memperingatkan para uskup agar tidak menjadi suam-suam kuku, biasa-biasa saja atau malas. “Kecenderungan yang menghindari pengorbanan menyebabkan intoleransi dan menjelekkan Injil,” kata Sri Paus. —CNA/EWTN

Total Comments:0

Name
Email
Comments