Ulama Muslim kecam radikalisme di Pakistan

Lebih dari 500 ulama Muslim berkumpul di kota Islamabad, Pakistan, pada awal bulan ini, untuk mengecam aksi terorisme dan radikalisme.

Jan 18, 2019

ISLAMABAD: Lebih dari 500 ulama Muslim berkumpul di kota Islamabad, Pakistan, pada awal bulan ini, untuk mengecam aksi terorisme dan radikalisme.

Para ulama yang menghadiri Konferensi Seerat-i- Rehmatul Aalameen pada 6 Januari mengeluarkan Deklarasi Islamabad yang berisi 7 poin yang sebahagiannya mengutuk pembunuhan yang dilakukan “dengan dalih/alasan keyakinan agama.” Tindakan seperti itu mereka katakan sebagai bertentangan dengan ajaran Islam.

Juga termasuk dalam deklarasi itu adalah pernyataan bahawa kumpulan sektarian Islam mana pun tidak dapat dinyatakan sebagai kafir.

“Setiap Muslim atau non- Muslim tidak bisa dinyatakan ditakdirkan mati di luar hukum,” kata pernyataan itu.

“Tidak seorang pun – Muslim atau non-Muslim – dapat dinyatakan dihukum mati. Hanya pengadilan yang boleh menjatuhkan hukuman mati,” katanya.

Deklarasi tersebut juga mengakui bahawa Pakistan adalah negara multi-etnik dan multi-agama.

Juga dinyatakan bahawa kewajiban pemerintah adalah untuk secara tegas menangani mereka yang mengancam tempat-tempat suci non- Muslim.

Dokumen itu secara khusus menyebut seorang ibu Katolik, Asia Bibi, yang dibebaskan dari tuduhan penistaan pada 30 Oktober 2018.

Pembebasan Bibi mengakibatkan kumpulan pelampau Islam turun ke jalan sebagai protes akhir tahun lalu. Pembantah dari Tehreek-i- Labbaik Pakistan (TLP) mengatakan ketua hakim negara itu sekarang “layak untuk dibunuh” dan menyeru pemberontakan sebagai bantahan pembebasan Bibi.

Dua bulan lalu, polis di Lahore menangkap pemimpin TLP Khadim Hussain Rizvi dan memasukkannya ke “tahanan perlindungan.”

Moulana Tahir Ashrafi, ketua Dewan Ulama Pakistan (PUC) mengatakan tidak ada sekte atau ulama kebal hukum.

“Merekalah yang menyebabkan orang-orang menghubungkan terorisme dengan Islam,” kata Ashrafi. “Sekarang tentera dan pemerintah berada di halaman yang sama, dan kondisinya optimal untuk menyebarkan toleransi di masyarakat.”

Ashrafi, yang telah memimpin PUC selama lebih dari lima tahun, menggambarkan deklarasi tersebut sebagai keberhasilan besar.

“Kami mencuba mengeluarkan deklarasi serupa pada tahun 2002 tetapi pemerintah pada waktu itu mengabaikan upaya semacam itu. Orangorang takut berbicara tentang harmoni antara sekte dan agama lain,” katanya.

Father James Channan dari Ordo Dominikan, ko-ordinator regional United Religions Initiative Pakistan, menyambut baik deklarasi itu.

“Prakarsa semacam itu meningkatkan rasa aman dan perlindungan di antara komuniti Kristian,” kata Fr Channan. — ucanews.com

Total Comments:0

Name
Email
Comments